Megawati Hangestri: Aku Pernah Mau Pulang, Gak Kuat, Tapi Dipeluk Tekad
- dok.tangkapan layar youtube Deddy Corbuzier
Jakarta, tvOnenews.com – Di balik tepuk tangan riuh dan sorotan kamera yang menyambut setiap aksi heroiknya di lapangan, Megawati Hangestri menyimpan kisah yang jarang terdengar: tentang sepi, tekanan mental, dan bagaimana ia belajar bertahan bukan hanya secara fisik, tapi juga secara batin.
Pemain voli nasional yang sempat mencetak sejarah sebagai pemain asing pertama di tim Red Sparks Korea Selatan, kini buka suara tentang sisi gelap yang tak terlihat dari hidup seorang atlet profesional.
“Aku sering latihan sambil nangis. Tapi gak pernah cerita ke siapa-siapa, bahkan ke mama,” ungkap Mega dalam wawancara podcast bersama Deddy Corbuzier di Close The Door.
Badai di Balik Sorotan
Sepulangnya dari Korea, Megawati tidak hanya disambut oleh euforia publik, tapi juga kritik pedas netizen. Dari komentar soal performa yang dinilai menurun, hingga menyentuh urusan keluarga dan hubungan pribadi.
“Bahkan kakakku sampai di-DM, pacarku juga kena. Padahal mereka yang paling tahu aku seperti apa,” lanjutnya.
Alih-alih membalas atau mencari pembelaan, Megawati memilih diam. Ia melindungi keluarganya, bahkan memutuskan untuk menghadapi badai digital sendirian.
“Banyak yang support, tapi tetap aja ada yang nyakitin. Kadang mereka gak tahu kita ini juga manusia.”
Dari Ego ke Empati
Meski kini dikenal sebagai salah satu atlet putri terbaik yang dimiliki Indonesia, Megawati menolak lupa diri. Ia mengakui bahwa pencapaian bukan segalanya jika hati tidak tenang.
“Aku tetap pengen jadi diri sendiri. Aku gak nyaman kalau dikasih gaji tinggi tapi mainnya gak maksimal. Jadi aku bilang, kurangi aja.”
Baginya, harga diri bukan diukur dari nominal kontrak, tapi dari sejauh mana ia jujur terhadap kualitas diri. “Aku idealis soal performa. Kalau gak maksimal, ya gak pantas dibayar penuh.”
Mental Health: Masih Jadi Tabu?
Kesehatan mental di kalangan atlet masih sering diabaikan. Megawati menyebut bahwa banyak orang hanya melihat hasil pertandingan, tanpa tahu tekanan dan pengorbanan yang mengiringi.
“Latihan itu lebih berat dari pertandingan. Kadang nangis bukan karena kalah, tapi karena capek secara mental.”
Load more