Meski Ilegal, Deretan Negara-negara Ini Masih Mempertahankan Tradisi Konsumsi Daging Kucing!
- Freepik
tvOnenews.com - Kucing dikenal sebagai hewan peliharaan yang menggemaskan dan setia.
Namun, di beberapa negara, daging kucing masih dikonsumsi dengan berbagai alasan, mulai dari kepercayaan tradisional hingga kebutuhan ekonomi.
Meski mendapat kecaman dari berbagai pihak, praktik ini masih berlangsung, baik secara legal maupun ilegal.
Menurut laporan World Population Review, ribuan kucing liar telah diculik dan dijual ke pedagang makanan, rumah tangga, hingga restoran.
Konsumsi kucing ini bukan sekadar kuliner, tetapi juga dipercaya memiliki manfaat tertentu, seperti meningkatkan kekuatan, menangkal nasib buruk, hingga meningkatkan libido.
Berikut beberapa negara yang masih mempertahankan konsumsi daging kucing.
1. Vietnam
Vietnam adalah salah satu negara yang paling banyak mengonsumsi daging kucing.
Meski ilegal, praktik ini tetap berlangsung di berbagai daerah.
Daging kucing, yang sering disebut sebagai "Little Tiger” di sana, dipercaya dapat membawa keberuntungan dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Di kota-kota seperti Hanoi dan Ho Chi Minh, ada pasar gelap yang menjual kucing hidup maupun daging kucing yang sudah diolah.
Banyak restoran yang menawarkan menu berbahan dasar daging kucing, terutama pada acara-acara tertentu.
Yang lebih mengejutkan, sebagian besar kucing yang dijual untuk dikonsumsi berasal dari hasil pencurian.
Banyak pemilik kucing kehilangan hewan peliharaannya karena diambil oleh sindikat perdagangan ilegal.
Pemerintah Vietnam sebenarnya telah berusaha menindak praktik ini, tetapi permintaan yang tinggi membuat bisnis ini tetap berjalan.
2. China
China memiliki sejarah panjang dalam konsumsi daging kucing.
Meski tidak sepopuler daging anjing, ada beberapa daerah yang masih mengonsumsi kucing sebagai bagian dari tradisi.
Di provinsi Guangdong dan Guangxi, daging kucing masih dikonsumsi dalam berbagai hidangan khas.
Salah satu hidangan terkenal yang menggunakan daging kucing adalah "dragon, tiger, and phoenix soup," yang terbuat dari ular, kucing, dan ayam.
Sup ini dipercaya memiliki khasiat pengobatan dan meningkatkan vitalitas.
Namun, tekanan dari aktivis hak-hak hewan dan perubahan budaya mulai mengurangi konsumsi kucing di China.
Beberapa kota besar seperti Beijing dan Shanghai telah melarang perdagangan daging kucing, tetapi di daerah pedesaan, praktik ini masih terjadi.
3. Australia
Australia mungkin bukan negara yang pertama terlintas dalam pikiran ketika membahas konsumsi daging kucing.
Namun, beberapa komunitas Aborigin di daerah terpencil diketahui masih berburu dan memakan kucing liar, atau yang disebut sebagai "feral cats”.
Kucing liar di Australia dianggap sebagai ancaman bagi ekosistem karena mereka memangsa burung dan mamalia asli yang sudah terancam punah.
Oleh karena itu, beberapa komunitas Aborigin menganggap konsumsi daging kucing sebagai bagian dari pengendalian populasi.
Meskipun tidak ada hukum yang secara khusus melarang konsumsi daging kucing di Australia, praktik ini sangat jarang ditemukan di daerah perkotaan.
Pemerintah Australia sendiri lebih fokus pada program sterilisasi dan pengendalian kucing liar daripada mengizinkan konsumsi mereka.
Konsumsi daging kucing terus menjadi perdebatan global.
Organisasi perlindungan hewan seperti PETA dan Humane Society International telah berusaha mengedukasi masyarakat dan menekan pemerintah untuk mengakhiri praktik ini.
Di sisi lain, beberapa kelompok mempertahankan bahwa konsumsi daging kucing adalah bagian dari budaya dan tradisi lokal yang harus dihormati.
Namun, dengan meningkatnya kesadaran akan kesejahteraan hewan dan tekanan dari komunitas internasional, konsumsi daging kucing di berbagai negara perlahan mulai berkurang. (adk)
Load more