Semarang, Jawa Tengah - Dengan aroma dan rasa jahe yang segar dan pedas, wedang ronde banyak disukai mereka yang ingin menghangatkan badan. Apalagi di musim hujan.
Wedang ronde yang khas dengan bola-bola tepungnya itu menjadi salah satu minuman khas di Jawa Tengah. Tapi tahukah anda kalau wedang ronde itu awal mulanya ternyata dari daratan Tiongkok.
Beberapa literatur menginformasikan, bahwa wedang ronde itu berasal dari tradisi warga pendatang Tionghoa di Jawa. Mereka membuat minuman yang biasa dikonsumsi di tanah asal. Yaitu bola-bola tepung dengan campuran kacang, gula, dan roti, serta air jahe panas. Mereka menamainya Tangyuan.
Kemudian, orang Belanda di sini melihat dan tertarik dengan bola-bola yang terbuat dari tepung beras ketan tersebut. Karena bentuknya bulat, orang Belanda menyebutnya rondje, yang artinya bulat manis. Tapi karena lidah orang Jawa saat itu sulit mengucapkan rondje dalam lafal Belanda, maka mereka menyebutnya ronde saja.
Isian wedang jahe banyak macamnya. Tapi yang umum adalah bola-bola ketan, kacang tanah sangan, kolang-kaling, agar-agar atau hunkwee, dan roti tawar. Di beberapa warung ada yang ditambahi pacar cina, tape kering, serta santan atau susu kental manis.
Semuanya dimasukkan dalam mangkok, diberi sirup gula murni, lalu diguyur air jahe panas. Cara meminumnya, yang umum adalah disruput pakai sendok sedikit demi sedikit air jahenya. Setelah agak hangat baru dikudap sebagai mana biasa.
"Kan panas mas. Kalau langsung banyak ya kecanthang (kepanasan) bibirnya. Enaknya ya begini, sak sruputan ngobrol, gitu. Nanti nek mulai anget air jahenya, baru kita makan itu rondenya plus kolang-kaling dan lain-lain. Yang bikin gurih juga adalah kacangnya, ini tidak digoreng tapi kalau di desa itu namanya disangan, yaitu dipanaskan pakai kuali," kata Sigit, warga Semarang yang gemar minum wedang ronde.
Di Kota Semarang, warung wedang jahe ada di tempat keramaian atau kawasan kuliner. Antara lain di Simpang Lima, kawasan kuliner Ngesrep UndipTembalang, Pasar Peterongan, Pasar Johar, serta warung-warung khusus wedang di beberapa foodcourt pusat perbelanjaan.
"Saya buka mulai jam lima sore. Lha memang ini cocoknya untuk minuman malam hari. Apalagi kalau gerimis-gerimis itu, banyak yang mampir minum atau dibungkus. Kebetulan warung saya ini dekat kampus Undip, jadi banyak mahasiswa dan dosen yang datang ke sini," kata Yanto, penjual wedang ronde di Undip Tembalang Semarang.
Harganya tiap warung beda-beda. Untuk warung di tempat wisata atau keramaian sekitar 6 ribu rupiah. Kalau di warung wedang sekitar 8 hingga 10 ribu rupiah. (Teguh Joko Sutrisno/Buz)
Load more