Ayah Mirna Beberkan Cerita Anaknya yang Merasa Aneh dengan Gelagat Jessica Wongso: Kayak Gak Normal...

tvOnenews.com - Kematian Mirna Salihin pada tahun 2016 lalu sempat menghebohkan publik. Pasalnya, ia meninggal dunia di tangan temannya sendiri, Jessica Wongso.

Mirna meninggal dunia setelah meminum es kopi vietnam yang dipesan Jessica di Kafe Olivier, Jakarta. Di dalam kopi tersebut dicampurkan racun sianida oleh Jessica dan membuat tubuh Mirna kejang-kejang hingga mulutnya mengeluarkan busa.

Berbagai spekulasi muncul soal perilaku Jessica yang dinilai janggal, mulai dari punya kepribadian ganda, berdarah dingin, hingga cemburu pada Mirna. Hal itu pula yang diduga menjadi penyebab dasar Jessica akhirnya meracuni Mirna dengan sianida.

Edi Darmawan, ayah Mirna pernah mengungkapkan sikap Jessica dari sudut pandang putrinya itu dalam sebuah wawancara. Menurutnya, Mirna kerap diajak hangout oleh Jessica, tapi ia malas sekali untuk bertemu temannya itu karena menilai ada sesuatu yang janggal.

"Ya, benar. Bukan sekali (malas bertemu Jessica)," ujar Edi Darmawan dalam wawancara dengan Aiman Wicaksono, dilansir YouTube KOMPASTV, Selasa (3/9/2024).

Saking malasnya ketika diajak hangout, Mirna kerap meminta Arief Seomarko, kekasihnya yang pada tahun 2016 sudah menjadi suaminya, untuk menemaninya.

"Di Australi juga sering kalau pergi, 'Rif, lu temenin gue yuk. Gue lagi mau pergi sama Jessica,'. (Arief menjawab) 'Kenapa (harus ditemani)? Pergi aja cewek-cewek'. (Mirna menyauti lagi) 'Gak ah, lu temenin gue, deh'. Jalan, entar kadang-kadang ngajak Hani, Sandy, gak pernah pergi berdua aja sama Jessica," cerita Edi Darmawan.

Lebih lanjut Edi menyatakan, bahwa Mirna tidak pernah memberi tahu alasan pasti mengapa tidak mau bertemu dengan Jessica. Hanya saja seperti ada yang tidak normal dari sikap temannya itu.

"(Mirna) cuma bilang, ya, kayak gak normal. Aneh lah sama dia (Jessica) sifatnya. Entar kadang-kadang baek (baik), kadang-kadang gimana gitu," ujarnya.

Edi juga menyebutkan jika Jessica sangat menyukai Mirna, sehingga selalu mencari putrinya itu. Edi menduga alasannya karena putrinya itu cukup populer berkat kecantikannya di kalangan orang-orang Indonesia yang berkuliah di Australia kala itu.