tvOnenews.com - Menjadi seorang pilot merupakan cita-cita bagi sebagian orang termasuk anak-anak. Bukan hal yang mudah untuk meraih mimpi menjadi seorang pilot.
Seperti yang telah diraih oleh Captain Zifky Priatelna, seorang pilot yang telah mencapai cita-citanya dan sukses dalam profesinya.
Lantas, apakah yang menyebabkan Captain Zifky Priatelna memutuskan untuk meninggalkan cita-citanya sebagai pilot? Simak informasinya berikut ini
Captain Zifky Priatelna menempuh pendidikannya di pelatihan penerbangan di PLP Curug dan lulus sebagai pilot pada tahun 1990.
Kemudian, Captain Zifky mulai bergabung pada salah satu maskapai penerbangan.
“Setelah saya menjadi pilot, sungguh-sungguh apa yang saya perkirakan itu semua terjadi, uang begitu banyak. Di masa muda saya berlimpah dengan uang,” ungkap Captain Zifky dari tayangan di Youtube SOLUSI TV.
Sebagai pilot muda, Captain Zifky mulai mengejar keinginannya untuk mengejar kepuasan dengan uang yang berlimpah dan prestasinya.
Dari tahun ke tahun Zifky menjalani pekerjaannya sebagai pilot. Meski seluruh kemewahan telah ia miliki, namun dirinya tetap merasakan kehampaan dalam hidupnya.
Dengan kemewahan serta jam terbang yang begitu tinggi, Ia sempat berada di titik hampa serta merasa bingung apalagi yang harus dicari untuk mendapat kebahagiaan.
“Sampai satu titik di tahun 1996, saya masuk pada sebuah titik dimana apa yang saya miliki sama sekali tidak mendatangkan kepuasan, kebahagiaan. Di titik itu apa yang saya rasakan hampa,” ujar Captain Zifky.
“Apa yang dikatakan kesenangan dunia semua saya miliki, uang, teman, dunia malam, pesta pora dan segala gemerlapnya. Tapi ternyata bukan itu,” lanjutnya.
Sampai satu kali pilot muda ini masuk ke sebuah acara ibadah. Pengkhotbah yang sedang berkhotbah tersebut mengatakan bahwa hidup dalam dunia ini semuanya sia-sia.
“Hanya hidup dekat Tuhan dan takut akan Tuhan yang membuat hidup kita dalam kebahagiaan,” tutur Captain Zifky menirukan pengkhotbah itu.
Pernyataan tersebut menjadi sebuah jawaban atas kegelisahan serta kehampaan hidup yang ia rasakan saat itu.
“Saya pikir saya harus kembali kepada Tuhan. Di situ saya merasakan di situ saya harus berbalik,” katanya.
Akhirnya ia memutuskan untuk menghentikan semua kegiatan yang pernah ia lakukan. Dengan membatasi teman-teman lama dan mulai masuk ke kegiatan-kegiatan pelayanan.
Terutama pada pelayanan kemanusiaan. Captain Zifky pun menjelajah ke pelosok Indonesia dan melihat fakta bahwa mereka hidup di bawah garis kemiskinan.
“Itu sangat mengganggu saya. Beban pelayanan kemanusiaan makin hari makin rasanya menjadi prioritas,” jelas Captain Zifky.
“Kebahagiaan saya mulai beralih. Kalau saya terbang kemudian dapat uang ini itu, tidak sebahagia kalau saya duduk dan melayani,” sambungnya.
Dan di situ lah Captain Zifky merenung di hadapan Tuhan-nya dan bertanya apakah harus meninggalkan pekerjaan sebagai pilot.
“Waktu saya berdiskusi dengan istri, sama sekali tidak ada keberatan. Dia cuman bilang kalau memang itu panggilan Tuhan, jalani,” kenangnya.
Captain Zifky pun akhirnya membuat surat resign dari pekerjaanya sebagai seorang pilot. Kini ia mendedikasikan hidupnya untuk misi-misi kemanusiaan.
Melayani anak-anak yang membutuhkan dan memberikan mereka kehidupan yang layak. Mantan pilot itu yakin anak-anak yang diasuhnya kelak akan menjadi orang yang bermanfaat. (amr/kmr)
Load more