‘Dead Bodies Can Talk’ dr Sumy Hastry Purwanti Ungkapkan yang Terjadi Pada Korban Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ 182
- Kolase tvOnenews.com
“Sebetulnya kita menjalankan operasi DVI (Disaster Victim Identification) ada 4 fase. Fase pertama TKP ada di laut di Kepulauan Seribu sana, yang kedua fase Post Mortem ada di sini, yang ketiga fase Ante Mortem ada di rumah sakit tapi di bagian gedung sana. Ante Mortem itu mencari data sebelum setelah kematiannya yang keempat fase Rekonsiliasi itu mencocokkan data di sini Post Mortem dan data ante mortem, baru rilis,” ungkap Kombes. Pol. Dr. dr. Sumy Hastry Purwanti dalam tayangan YouTube Denny Darko.
Dokter Sumy Hastry Purwanti menjadi bagian dari tim post-mortem yang memeriksa juga mengidentifikasi korban yang telah meninggal. Meski bagian tubuh yang ditemukan sangat kecil.
“Tim Post Mortem memeriksa korban yang meninggal karena jatuhnya pesawat Sriwijaya tersebut. Di sini kita mencari data setelah mereka meninggal dunia. walaupun yang ditemukan hanya bagian tubuh sekecil apapun bodypart kita periksa,” jelasnya.
Tim Post Mortem memiliki sejumlah anggota dengan keahliannya masing-masing. Ketika menemukan serpihan bagian tubuh, tim ini akan membersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang menempel.
![]()
dr Sumy Hastry dan Denny Darko. (Ist)
Lantas, bagian tubuh tersebut akan dicocokan pada tubuh korban. Bersama rekannya, dr Sumy Hastry menemukan sebuah potongan bagian tubuh yang terpisah dari tubuh aslinya.
Namun ia dan tim harus mengembalikan potongan tersebut pada korban dengan mencocokkan data dari tim Ante Mortem.
Jenazah korban tidak boleh dibersihkan selain oleh ahlinya, sebab bila dibersihkan dikhawatirkan akan menghilangkan potongan tubuh lainnya untuk mencocokkan pada tubuh korban.
“Belum, memang nggak boleh (dibersihkan) orang lain. Memang harus ahlinya, tim post-mortem. tim post-mortem gitu dan kita memang one by one pada masing-masing bodypart itu. Wah ratusan ya (potongan tubuh). Iya, Bayangkanlah satu tubuh misalnya terbelah banyak. Nah satu tubuh saja bisa 100 lebih (potongan tubuh),” jelasnya.
Ia mengatakan bahwa kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 ini berbeda dengan kecelakaan pesawat lainnya. Pesawat ini hancur karena kecepatan tinggi saat jatuh yang kemudian berbenturan dengan air.
Load more