"Tapi ternyata dengan jernih gue bikin Skripsi yang mengkritik profesi gue sendiri, yang memberikan duit gue, gua mengkritik apa yang gue kerjakan, jadi kan kayak senjata makan tuan banget," ujarnya.
Rocky Gerung, pengamat politik sekaligus akademisi.
Sementara Rocky Gerung yang dikenal sekarang sebagai pengamat politik, merupakan dosen di jurusan Filsafat yang banyak mengampu mata kuliah tentang Filsafat.
"Itu di sidang gue, gua dihabisin sama dosen gue itu, Rocky Gerung tuh killer gitu, terus akhirnya gue melibrasi diri gue,'justru pak karena saya ada di lingkungan ini, dan saya mempunyai pisau analisa yang tajam mengenai ini, saya jadi bisa membebaskan diri saya sebagai objek, dan saya bisa melibrasi diri saya sebagai subjek," ungkapnya.
Dalam sidang Skripsi tersebut, Dian Sastrowardoyo mengungkapkan argumennya dengan mengambil contoh kasus penyanyi atau yang dijuluki 'ratu pop' asal Amerika Serikat, Madonna
"Saya ambil analogi Madonna, saat Madonna berpose seksi dengan BH berkerucut, dan poster tersebut tergantung di kamar-kamar anak remaja yang mungkin ingin memuaskan hasratnya dengan melihat poster itu," tuturnya.
Gaun ikonik Madonna yang dilelang hingga Rp2,8 miliar. (ANTARA/via IMDb)
"Kira-kira menurut bapak yang menjadi subjek dan objek siapa, apakah bapak melihat Madonna sebagai objek, saya rasa tidak, karena di saat bersamaan Madonna yang menjual puluhan ribu jutaan album dan poster, dia menjadi subjek dan pelanggannya adalah menjadi objeknya, berbalik postmodernisme," ucapnya seraya tertawa tipis.
Sekedar informas Dian Sastrowardoyo membahas tentang kecantikan dalam skripsi yang berjudul "Kompleks Industri Kecantikan: Sebuah Kritik Sosio Filosofis". (ind)
Baca artikel terkini dari tvOnenews.com selengkapnya di Google News, Klik di sini
Load more