tvOnenews.com - dr Hastry ungkap hal terkait tragedi sembilan tahun lalu, yakni jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 yang merenggut nyawa ratusan penumpang di dalamnya.
Tragedi yang terjadi pada 28 Desember 2014 silam bermula saat pesawat AirAsia QZ8501 dinyatakan lost kontak setelah 50 menit mengudara dari Bandar Udara Internasional Juanda, Surabaya, Jawa Timur menuju Singapura.
Pesawat tersebut dinyatakan hilang pada pukul 05.35 WIB, dan naasnya, 162 orang penumpang yang berada dalam pesawat tersebut, tewas dalam kecelakaan ini.
Ahli forensik dr Sumy Hastry Purwanti atau kerap disapa dr Hastry mengungkapkan pengalamannya saat terlibat dalam evakuasi para korban pesawat AirAsia QZ8501 yang membutuhkan waktu panjang.
Kondisi Bangkai Pesawat AirAsia QZ8501 Pasca Kecelakaan yang Ditemukan oleh Tim Evakuasi. (ANTARA)
Kombes Pol. dr Sumy Hastry Purwanti lantas bercerita soal pengalamannya dalam YouTube Denny Darko saat dirinya didatangi oleh seorang korban dari kecelakaan dalam pesawat AirAsia QZ8501.
Saat dr Hastry bertugas mengevakuasi korban bencana kecelakaan pesawat tersebut, beberapa korban ditemukan dalam kondisi potongan tubuh yang terpisah akibat kerasnya benturan pesawat jatuh.
Akan tetapi proses identifikasi para korban menjadi sangat sulit lantaran potongan tubuh yang ditemukan di sekitar jenazah, belum tentu milik korban tersebut karena kondisinya yang sudah tidak utuh.
“Ya kan namanya orang meninggal bersamaan, (potongan tubuh) terlepas ternyata pas ditemukan jadi satu kan belum tentu punya dia kan," ungkap dr Hastry.
"Dan hari kelima, keenam itu jenazah pasti hampir sama semua karena proses pembusukan,” sambungnya.
dr Sumy Hastry bersama tim forensik kemudian membuat sebuah kamar jenazah darurat di Rumah Sakit Umum Pangkalan Bun untuk memudahkan proses evakuasi korban kecelakaan pesawat AirAsia.
“Dan saya akhirnya membuat Mortuary di Rumah Sakit Umum Pangkalan Bun. Jadi saya siapkan tuh apa aja yang harus tersedia disana,” tuturnya.
Sesuai perintah komandan, Dokter Ahli Forensik memeriksa seluruh korban yang ditemukan langsung diperiksa di Rumah Sakit Umum Pangkalan Bun.
“Perintah Komandan saya, seluruh tubuh jenazah yang ditemukan di Laut Jawa, di periksa dulu di Rumah Sakit Umum Pangkalan Bun. Setelah itu dikirim ke Surabaya, untuk di Identifikasi yang lebih lengkap,” terangnya.
Seluruh dokter ahli yang bertugas kemudian dikumpulkan di Surabaya untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Hal ini dilakukan dengan tantangan untuk mengurangi proses pembusukan para jenazah korban saat dipindahkan ke Surabaya.
“Karena ahli-ahlinya akan dikumpulkan di Surabaya, dokter forensiknya, dokter onkologinya, INAFIS, dan DNA," papar dr Hastry.
"Dan saya menyiapkan itu semua jadi bagaimana jenazah itu tidak tambah busuk, karena kan butuh waktu untuk memindahkannya ke Surabaya,” terangnya menambahkan.
dr Hastry mengatakan bahwa hampir setiap hari jenazah selalu datang, dan proses evakuasi jenazah para korban sendiri memakan waktu hingga dua minggu lamanya.
Hal ini membuat tim forensik kewalahan dan membutuhkan tenaga tambahan untuk membantu pekerjaannya tersebut.
“Dua minggu tuh, hampir tiap hari pasti ada jenazah bersama teman-teman di rumah sakit Pangkalan Bun," ungkap dr Hastry.
"Saya bersama dokter forensik cowok dibantu dengan orang sana yang belum pernah tahu. Jadi ini kita ngajarin untuk jadi teknisi (forensik),” pungkasnya lagi.
dr Sumy Hastry Purwanti ditugaskan untuk membantu evakuasi dan identifikasi korban kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 tersebut.
dr Hastry juga menyampaikan tentang mimpinya yang jadi kenyataan saat mengevakuasi jenazah para korban.
Menurut keterangan dr Hastry, salah seorang korban kecelakaan pesawat tersebut masuk kedalam mimpinya, kemudian menahan ahli forensik tersebut untuk kembali ke Surabaya.
dr Hastry Purwanti Mimpi Didatangi Korban Kecelakaan Pesawat AirAsia yang Jatuh. Kolase tim tvOnenews
Sebelumnya, Komandan dr Hastry sempat memberitahunya bahwa terdapat tim Disaster Victim Identification (DVI) yang berasal dari Abu Dhabi, Arab Saudi, Singapore, dan Malaysia untuk melihat proses evakuasi yang dilakukan oleh tim DVI Indonesia.
“Ditelepon Komandan saya, ada tim DVI dari Abu Dhabi, Arab Saudi, Singapore, dan Malaysia mau dateng," ujar dr Hastry.
"Mereka pengen tahu aja ingin dapat pengalaman dengan DVI Indonesia, karena kita sudah terkenal. Mereka ingin bergabung aja, kalau terjadi di negaranya mereka harus apa,” pungkasnya.
Tim DVI yang berasal dari beberapa negara tersebut tentu diperbolehkan untuk melihat pengalaman DVI Indonesia dalam mengevakuasi para korban dan mencocokkan dengan panduan yang telah dimilikinya.
“Boleh (saksikan proses), karena pengen tahu, bener nggak kerja DVI Indonesia ini sesuai Guideline yang mereka buat, karena hasil identifikasi itu sudah tidak bisa disanggah lagi,” terangnya.
Akan tetapi, sejak kedatangan tim DVI tersebut, dr Hastry justru diminta untuk kembali ke Surabaya.
“Karena kedatangan tim itulah dr Hastry diminta untuk pulang ke Surabaya. Karena sebagian besar teman-teman saya, saya kenal. Saya disuruh pulang ke Surabaya, dijadwalkan besoknya naik hercules. Karena nggak ada pesawat langsung dari Pangkalan Bun ke Surabaya,” papar dr Hastry.
Ia lantas berencana untuk terbang dengan pesawat Hercules, sebab tak ada pesawat komersial dengan rute Pangkalan Bun-Surabaya.
Namun ternyata, satu hal terjadi saat malam sehari sebelum keberangkatannya ke Surabaya.
Dokter Hastry justru bermimpi bertemu dengan salah seorang korban dari kecelakaan pesawat AirAsia tersebut.
“Pas malamnya saya dimimpiin, saya enggak tahu tuh kalau ada seorang antemortem yang katanya beliau orang pintar, mau mengobati secara spiritual di Singapura,” ungkapnya.
Denny Darko lantas penasaran mendengar cerita mimpi dr Hastry dan bertanya soal korban yang dimaksud.
“Jadi dia (korban) emang sering bolak balik Surabaya-Singapura?” tanya Denny Darko penasaran.
“Iya, dia datang dalam mimpi saya, kalau besok ditemukan,” jawab dr Hastry.
Dalam mimpinya tersebut, sang korban yang diduga orang pintar itu mengatakan bahwa besok dr Hastry akan menemukan jenazahnya pada akhir waktu pencarian oleh tim SAR di hari itu.
Sehingga korban pesawat jatuh tersebut melarangnya kembali ke Surabaya untuk bertemu dengan jenazahnya.
“Dia itu datang ke mimpi ibu dan mengantarkan kalau jenazahnya akan ditemukan?” ucap Denny Darko.
“Iya, saya akan ditemukan besok, ibu jangan pulang dulu,” ujar dr Hastry menirukan perkataan korban di dalam mimpinya.
Denny Darko juga bertanya soal identitas korban tersebut, apakah bagian wajahnya masih dapat dikenali dr Hastry atau tidak.
“Wajahnya betul seperti yang ibu lihat?” Denny bertanya kembali.
“Ya, setelah saya lihat antemortemnya, seutuhnya, lihat di medsos ternyata benar dia,” jawab Kombes Pol dr Hastry.
Denny Darko juga penasaran soal perasaan dr Hastry setelah memimpikan seorang antemortem tersebut.
“Kalau lihat seperti itu apa enggak merinding?” tanya Denny Darko lagi.
Sebaliknya, dr Hastry justru sangat tertarik dan bersemangat untuk membuktikan hal tersebut hingga membatalkan perjalanannya menuju Surabaya.
“Enggak (merinding), saya exciting saja, dan saya akhirnya meng-cancel keberangkatan saya ke Surabaya," ucapnya bersemangat.
"Nunggu sampai sore kan biasanya Basarnas nutup waktu pencarian sore. Saya tunggu, ternyata betul yang terakhir kali dia,” ujar dr Hastry.
Kemudian dr Hastry juga mengatakan bahwa kondisi korban masih dalam keadaan bagus, sebab wajahnya masih dapat dikenali, bahkan hanya dalam mimpinya.
“Kondisi bagus, maksudnya dari wajahnya masih agak kelihatan itu dia. Tapi saya masih bisa mengenali itu dia yang datang dalam mimpi saya,” tutup dr Hastry.
(udn)
Baca artikel tvOnenews.com terkini dan lebih lengkap, klik google news.
Load more