Situs Megalit Tundrumbaho di Desa Lahusa Idanotae, Kabupaten Nias Selatan
Menurut Siscaria Verawati Simamora, salah satu peserta dari biro perjalanan wisata mengatakan, perlunya peningkatan aksesibilitas sarana komunikasi di objek wisata. Hal tersebut akan membantu promosi wisata yang langsung dilakukan oleh pengunjung itu sendiri. Selain itu, perlunya penambahan akomodasi yang memenuhi standar.
“Kalau kita berharap Nias itu seperti Bali, itu butuh investor untuk membangun Nias. Mungkin ini proyeksi jangka panjang. Tapi dengan ditambahnya fasilitas seperti akomodasi tersebut bisa meningkatkan wisatawan segmen middle up untuk datang ke Nias. Terus, penambahan toko cinderamata juga. Terus harapannya juga di tempat-tempat wisata itu ada sarana informasi. Atau setidaknya kalau tidak ada papan informasi, dibuat QR code yang bisa langsung terhubung ke website informasi yang bisa menjelaskan lokasi itu,” kata prempuan yang akrab disapa Sisca itu.
Selain itu, mewakili biro perjalanan wisata di Sumut, Sisca juga berharap kepada instansi pemerintah bisa lebih fokus terhadap destinasi wisata yang mau dikembangkan, agar wisatawan yang datang tidak kecewa. Terkait keterlibatan influencer dan konten kreator di dalam promosi wisata, ia juga berharap adanya manajemen terpadu dalam hal koleksi dokumentasi objek-objek wisata yang akan dijual kepada wisatwan.
“Artinya, pemerintah di sini harus menjembatani antara infuencer atau konten kreator itu agar video, foto yang mereka ambil juga bisa digunakan oleh BPW (biro perjalanan wisata), dengan catatan harus mencantumkan sumber dokumentasi tersebut. Agar kami juga bisa menunjukkannya kepada calon wisatawan,” harap Sisca.
“Dari sisi travel agent, kendalanya adalah promosi. Banyak tempat wisata yang bagus-bagus, tapi promosinya belum memadai. Kita memasarkan wisata itu butuh effort lebih tinggi dibandingkan dengan Bali. Harapannya, pemerintah bisa membantu promosi-promosi di luar negeri atau luar daerah,” kata Sisca.
Peserta Famtrip berkunjung ke Museum Pusaka Nias
Load more