Fitra Eri Ungkap Prediksi Masa Depan Mobil Listrik di Indonesia
- Tangkapan layar
tvOnenews.com, Jakarta — Perkembangan teknologi mobil listrik menjadi topik hangat di kalangan pencinta otomotif belakangan ini. Reviewer otomotif ternama Fitra Eri pun memprediksi nasib mobil listrik di Indonesia.
Fitra mengakui bahwa prediksinya beberapa waktu lalu mengenai perkembangan mobil listrik meleset.
“Saya salah prediksi. Terakhir kali saya bilang sampai 2030 mobil listrik belum akan siap, tapi ternyata situasinya berubah cepat,” ujar Fitra dalam tayangan YouTube Helmy Yahya Bicara, dikutip tvOnenews.com, Rabu (19/11/2025).
- ANTARA
Menurutnya perubahan besar di industri otomotif global terjadi setelah produsen Cina secara agresif mengembangkan kendaraan listrik dengan harga kompetitif namun fitur lengkap.
Data yang disebutkan Fitra menunjukkan bahwa di Indonesia, dari daftar mobil listrik terlaris, 7 hingga 8 di antaranya berasal dari merek Cina.
“Produsen Jepang dan Eropa tidak siap dengan persaingan ini. Mereka tidak bisa membuat mobil listrik dengan kualitas yang sama dan harga setara,” jelasnya.
Bahkan merek Eropa premium seperti Porsche disebutkan rela menanggung kerugian hingga 851 juta dolar AS setelah kembali fokus pada pengembangan mesin pembakaran internal (internal combustion engine/ICE) karena harga kendaraan listrik mereka terlalu tinggi dan sulit bersaing.
Industri Mobil Listrik Berubah Drastis
- Antara
Dalam obrolan tersebut, Fitra juga memaparkan bahwa keberhasilan Cina bukan sekadar faktor biaya tenaga kerja rendah, tetapi strategi jangka panjang.
“Mereka punya lebih dari 160 brand EV yang bersaing di dalam negeri. Kompetisi itulah yang membuat kualitas naik,” katanya.
Selain itu, pemerintah Cina disebut sangat mendukung industri kendaraan listrik melalui regulasi, insentif, hingga pendanaan riset.
Prospek di Indonesia: Tantangan Regulasi
Mengenai kondisi di Indonesia, Fitra menilai bahwa masa depan mobil listrik sangat bergantung pada kebijakan pemerintah.
“Regulasi adalah kunci. Kalau aturan sering berubah, industri tidak bisa membuat rencana jangka panjang,” tegasnya.
Ia juga berharap pemerintah tidak memberikan keuntungan khusus hanya pada merek tertentu sehingga tercipta monopoli di pasar otomotif nasional.
“Kalau nanti hanya ada satu atau dua brand yang bertahan, masyarakat yang akan rugi,” lanjutnya.
Load more