Tak Hanya Menyerang Wanita, Ternyata Kanker Serviks dapat Mengintai Pria, Apa Penyebabnya?
- Pixabay
TvOnenews.com, Kesehatan - Siapa bilang kanker serviks hanya terjadi pada wanita saja. Memang pada umumnya, penyakit yang satu ini dapat menyerang pada wanita.
Penyakit ini menjadi peringkat kedua sebagai salah satu jenis kanker dengan pasien wanita terbanyak di Indonesia. Tercatat pada tahun 2020, WHO mengungkapkan sebanyak 21.003 kasus kematian perempuan di Indonesia akibat kanker serviks.
Namun kenyataannya, banyak orang yang tidak menyadari bahwa infeksi Human Papillomavirus Genital (HPV), penyebab kanker serviks dapat menyerang para pria.
Bila berhubungan seksual dengan wanita yang terinfeksi HPV, maka virus tersebut dapat menular pada pasangan. Virus ini juga dapat mengintai pria dengan dampak jenis kanker lainnya, seperti kanker penis dan kandung kemih.
“Laki-laki bisa kena HPV. Bisa alami kanker juga arena HPV seperti kanker penis pada pria. Maka, bisa juga divaksin seperti di Australia dan US divaksin pada usia 9-25 tahun,” ungkap Ketua Dewan Penasihat Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia, Prof. Dr. dr. Andrijono, SP.OG(K)-Onk.

Ilustrasi Sperma. (Ist)
Infeksi HPV pada pria dapat memberikan dampak yang membahayakan pada reproduksi pria, seperti gangguan pada sperma. Andrijono meniai, penderita infeksi HPV terbukti jumlah sperma yang dimiliki lebih sedikit dibandingkan dengan pria sehat lainnya.
“Mortilitas sperma pun terganggu. Kanker kandung kemih juga bisa, ada faktor assending dari penis ke vesika (kandung kemih),” ujarnya.
Meski kanker serviks menjadi jenis kanker yang mematikan, namun resikonya dapat dicegah dengan personalisasi sejak dini yang didukung dengan inovasi-inovasi dalam skrining kanker serviks yang berkualitas.
Cukup disayangkan, masyarakat masih terhambat untuk melakukan deteksi dini risiko kanker serviks, seperti masyarakat yang berada di negara-negara tergolong ekonomi menengah ke bawah.
Prof Andrijono menyebutkan survey dari Litbangkes dan HOGI, bahwa wanita masih enggan melakukan skrining apabila tidak ada keluhan atau belum dirasa perlu. Selain hal tersebut, wanita Indonesia masih ada rasa malu untuk memeriksa lantaran adanya stigma di masyarakat.
“Tinggi kasusnya di Indonesia karena deteksi dini tidak berjalan dengan baik. Vaksinnya belum juga (merata). Mudah-mudahan 2023 bisa nasional, 10 tahun lagi mungkin kasusnya menurun,” tutupnya.
Load more