Jangan Anggap Sepele, Psikolog Ungkap Bahaya Sering Curhat ke ChatGPT Serupa Narkoba
- Pixabay
tvOnenews.com - Di tengah pesatnya perkembangan era digital, kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT kini tak lagi sekadar berfungsi sebagai mesin pencari informasi, tetapi juga menjadi wadah bagi banyak orang untuk mencurahkan isi hati.
Kehadirannya sering dianggap menenangkan karena mampu memberi ruang “mendengar” tanpa menghakimi, sehingga aktivitas curhat ke AI terasa lebih aman dan nyaman.
- Pexels/Photo By: Kaboompics.com
Namun, di balik rasa nyaman tersebut, psikolog mengingatkan adanya sisi lain yang patut diwaspadai.
Ketergantungan berlebihan pada AI dikhawatirkan bisa menimbulkan dampak negatif, bahkan menyerupai kecanduan narkoba.
Risiko ini semakin besar jika kebiasaan curhat ke AI dilakukan tanpa batasan dan kontrol yang sehat.
Bahaya kecanduan curhat ke ChatGPT menurut dr. Faradila Keiko, MBMSc, SpKJ
Lewat program Hidup Sehat tvOne yang tayang pada Rabu (13/8/2025), dr Keiko menjelaskan fenomena curhat pada ChatGPT yang kian marak dilakukan banyak orang.
Menurutnya, hal tersebut dilakukan lantaran saat ini ChatGPT sudah dilengkapi dengan kecerdasan emosional, sehingga bisa mengerti perasaan manusia.
"Dia (AI) sudah dilengkapi dengan kecerdasan emosional juga, jadi ketika merespon orang (yang curhat) dia bisa memahami emosi kita," jelasnya.
AI dinilai mampu memvalidasi perasaan dengan tepat serta menunjukkan empati, sehingga membuat seseorang merasa didengarkan dan memperoleh dukungan emosional.
- pexels.com/Matheus Bertelli
"Jadi itulah yang membuat seseorang kalau cerita dengan AI dia merasa mendapatkan dukungan emosional, terus bisa jadi lama-lama dia punya kedekatan emosional juga sama AI ini gitu," kata dr Keiko.
Meski demikian, dr. Keiko menegaskan bahwa terlalu bergantung pada kebiasaan curhat dengan AI bisa berdampak kurang baik terhadap kesehatan mental. Ia bahkan menilai kondisi ini mirip dengan ketergantungan pada zat adiktif seperti narkoba.
"Biasanya pada orang-orang yang memang punya masalah mental, masalah emosional, misalnya dia ada depresi, ada kecemasan. Dia berusaha lari, kabur dari perasaan enggak nyaman itu," ucap dr. Keiko.
"Sebenarnya sih fenomena ini mirip ya dengan ketergantungan narkoba misalnya, atau ketergantungan internet. Tapi dalam hal ini itu bisa juga terjadi pada AI," sambungnya.
Load more