Sementara, bila melebar ke arah otak, maka gejala yang timbul berhubungan dengan saraf-saraf kranial (yang menghubungkan otak dengan organ indra) dan paling sering mengenai saraf mata, sehingga pasien mengeluh pandangannya ganda.
"Atau merasa pipi kebas, mulai ada gangguan menelan atau nyeri kepala," ujar Vidya yang pernah menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu.
Untuk mendiagnosis kanker nasofaring dokter biasanya akan melakukan anamnesis atau tanya jawab dengan pasien terkait gejala dini hingga lanjutan, kemudian melakukan pemeriksaan fisik.
"Kalau misalnya dari anamnesis kita sudah mengarah ke arah kanker nasofaring, kita bisa melakukan endoskopi. Jadi, memasukkan kamera untuk melihat kondisi nasofaring," jelas Vidya.
Selanjutnya, pemeriksaan pencitraan seperti tomografi terkomputasi (CT-scan) atau pencitraan resonansi magnetik (MRI) serta biopsi atau mengambil contoh jaringan yang diduga kanker lalu diperiksa secara histopatologis untuk mengetahui selnya ganas atau tidak.
Kemudian, berbicara angka kasus di Indonesia, menurut dia, kanker nasofaring menempati urutan pertama untuk kategori kanker kepala dan leher dan peringkat keempat dari keseluruhan jenis kanker. (ant)
Load more