Semarang, Jawa Tengah - Berawal dari rasa peduli terhadap peninggalan beberapa keris dan benda pusaka milik keluarga, Wisnu Wahyudi, seorang pria asal Ungaran, Kabupaten Semarang, saat ini menjadi salah satu kolektor keris dan benda pusaka yang
memiliki usia mencapai ratusan tahun.
Uniknya, puluhan benda pusaka dengan berbagai jenis dan usia ini, tidak ia dapatkan dari hasil jual beli, namun ia dipercaya oleh pemilik benda pusaka untuk meneruskan merawat benda benda bersejarah ini. Wisnu yang juga menduduki sebagai Ketua Umum Panji Pandhanaran Kabupaten Semarang bercerita awal mulanya ia hanya mengkoleksi belasan pusaka.
“ Pada tahun 2018 lalu, saya mulai punya 17 pusaka warisan dari leluhur. Dengan berbagai macam pusaka seperti keris, tombak dan sebagainya. Akhirnya saya dipercaya teman-teman tosan aji jadi ketua Panji Pandhanaran dan mulai dari sini saya mendapatkan kepercayaan dari beberapa orang untuk melanjutkan merawat berbagai pusaka sehingga koleksi makin banyak,”
ujarnya.
Melalui komunikasi sesama anggota tosan aji di berbagai wilayah pengetahuannya tentang benda pusaka saat ini semakin luas, dan koleksinya terus bertambah. Saat ini berbagai benda pusaka ada di almari koleksinya mulai dari benda benda pusaka peninggalan jaman Hindu, Budha hingga benda pusaka pada jaman kerajaan kerajaan indonesia masih berjaya, tentunya benda benda pusaka ini memiliki usia yang cukup tua bahkan mencapai ratusan tahun.
“Niat saya hanya satu yaitu nguri-uri kabudhayan, sehingga kalau ada yang bilang ini musyrik, klenik dan sebagainya ya tentu tidak benar. Tujuannya apa, biar warisan ini bisa dinikmati anak cucu." Kata Wisnu
"Saat ini aneka benda pusaka ini memiliki usia ratusan tahun, dan dengan kita rawat, kita akan tahu bagaimana pada jaman dulu aneka senjata ini dibuat beserta dengan sejarahnya. Karena disetiap jaman pusaka memiliki ciri khas dan kegunaan yang berbeda beda,” lanjutnya.
Ada beberapa koleksi pusaka yang menurutnya cukup unik dan sudah berusia tua. Unik dalam artian tidak hanya dari bentuk pusaka saja, namun dari sejarah dan usia pusaka tersebut.
“ Ini saya ada satu pusaka yang menurut saya cukup unik baik dari bentuk maupun cerita mendapatkannya, namanya "Lar Bangau". Lar itu artinya sayap. Sehingga pusaka ini bentuknya seperti bentangan sayap burung bangau. Bagian pangkal tajam di satu sisi hingga bagian tengah, kemudiam tengah sampai ujung tajam kedua sisinya. Jika dilihat dari besinya yang sudah berubah warna menjadi kehijauan, usia benda ini diperkirakan sudah ratusan tahun. Benda pusaka ini ditemukan di aliran sungai Brantas dan terendam didalam air", imbuh Wisnu yang juga Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Semarang.
Tak hanya " Lar Bangau " aneka keris dan tombak dari jaman kejayaan kerajaan kerajaan menguasai nusantara juga ada dilemari kaca yang ia buat sepanjang kurang lebih 5 meter ini.
" Disini terdapat juga beberapa pusaka dari jaman kejayaan Majapahit, Singosari, dan Mataram. Hal ini terlihat dari ciri khas bentuk model keris atau tombaknya dimana setiap tangguh atau era kerajaan pasti memiliki ciri khas tertentu dari pusaka yang dibuat. Disini saya juga merawat salah satu keris peninggalan dari era Mataram yang diperkirakan usia pusaka
tersebut sudah 800 tahun. Besi semakin tua akan terlihat semakin pulen dan padat dan akan sangat berbeda jika disandingkan dengan besi yang lebih muda atau besi jaman sekarang", terangnya.
Guna perawatan benda pusaka koleksinya, Wisnu mengaku tidak terlalu susah. Ia membersihkannya secara rutin agar tetap terawat. Dan untuk benda pusaka yang baru ia dapatkan akan diberikan kepada ahlinya untuk dilakukan jamasan.
“ Setiap Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon rajin saya jamas. Bukan apa-apa, memang longgarnya pas hari itu. Dikasih minyak juga biar nggak karatan,” jelasnya.
Harapan saya ke depan, nantinya setiap kecamatan hingga kelurahan memiliki gedung galeri untuk memamerkan koleksi. Tidak hanya benda pusaka, ia yakin banyak peninggalan purbakala yang tersebar di masyarakat Kabuoaten semarang.
" Ungaran itu kata orang-orang sepuh disebut sebagai ugeran atau pusat, khususnya Ungaran Barat, Pringapus atau Sumowono. Sehingga pasti banyak benda pusaka dan purbakala. Sayang jika itu tidak dirawat dan dipamerkan, sehingga tidak bisa dinikmati oleh generasi saat ini", pungkasnya.(Aditya Bayu/Buz)
Load more