PNBP Baru Capai Rp444,9 Triliun per November 2025, Wakil Menkeu Ungkap Sektor Migas Jadi Penekan
- Antara
Jakarta, tvOnenews.com – Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengungkapkan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) hingga 30 November 2025 mencapai Rp444,9 triliun. Angka tersebut setara dengan 93,2 persen dari outlook Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, namun masih belum menyentuh target penuh tahun ini yang dipatok sebesar Rp477 triliun.
Pernyataan tersebut disampaikan Suahasil dalam konferensi pers APBN Kita yang digelar di Jakarta, Kamis (18/12/2025). Ia menjelaskan bahwa capaian PNBP tahun ini dipengaruhi oleh dinamika sektor sumber daya alam, terutama minyak dan gas bumi.
“PNBP dari sumber daya alam minyak dan gas tercatat sebesar Rp94 triliun atau 78,8 persen terhadap outlook APBN,” ujar Suahasil.
Selain migas, kontribusi PNBP berasal dari sejumlah sektor lain dengan capaian yang bervariasi. Sektor nonminyak dan gas menyumbang Rp125,8 triliun atau 91,5 persen dari outlook. Sementara itu, PNBP dari Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) justru melampaui target dengan realisasi Rp11,9 triliun atau 100,2 persen.
Adapun PNBP lainnya tercatat sebesar Rp111,9 triliun atau 78,8 persen dari outlook, sedangkan Badan Layanan Umum (BLU) menyumbang Rp90,9 triliun atau 91,6 persen dari target yang ditetapkan.
Jika dibandingkan secara tahunan, Suahasil mengungkapkan bahwa total PNBP Januari hingga November 2025 mengalami penurunan cukup signifikan. Realisasi PNBP tercatat turun 14,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sebagai perbandingan, pada Januari–November 2024, PNBP mampu mencapai Rp522,5 triliun. Penurunan ini, menurut Suahasil, terutama disebabkan oleh melemahnya kinerja PNBP dari sektor sumber daya alam.
“PNBP sektor sumber daya alam pada tahun ini mengalami penurunan dibandingkan 2024,” kata Suahasil.
Penurunan paling terasa terjadi pada subsektor minyak dan gas bumi. Secara year on year, PNBP migas tercatat turun 12,4 persen. Kondisi ini dipengaruhi oleh pelemahan Indonesian Crude Price (ICP) serta penurunan lifting gas bumi dan minyak bumi yang belum mampu memenuhi asumsi dasar APBN 2025.
Suahasil menjelaskan, meskipun lifting minyak bumi menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, realisasinya masih berada di bawah target yang telah ditetapkan pemerintah.
“Lifting minyak buminya ada peningkatan dibandingkan tahun lalu, tapi masih tetap di bawah dari target atau asumsi dasar APBN,” ujarnya.
Berbeda dengan sektor migas, PNBP dari sektor nonminyak dan gas justru menunjukkan pertumbuhan positif. Sepanjang Januari hingga November 2025, PNBP nonmigas tumbuh 0,7 persen secara year on year.
Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan tarif PNBP dari komoditas mineral, seiring dengan implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2025. Kebijakan tersebut dinilai memberikan dampak langsung terhadap peningkatan penerimaan negara dari sektor pertambangan nonmigas.
“Jadi kombinasi dari berbagai hal, termasuk juga kombinasi dari kurs,” tutur Suahasil.
Pemerintah menilai capaian PNBP hingga November 2025 masih berada dalam jalur yang terkendali, meskipun menghadapi tekanan dari volatilitas harga komoditas global dan tantangan produksi migas nasional. Pemerintah terus melakukan optimalisasi penerimaan negara melalui penyesuaian kebijakan, penguatan tata kelola, serta peningkatan kepatuhan pelaku usaha.
Ke depan, Kementerian Keuangan akan terus memantau perkembangan PNBP hingga akhir tahun anggaran. Fokus utama diarahkan pada stabilisasi sektor migas serta optimalisasi potensi nonmigas, termasuk mineral, BLU, dan pengelolaan kekayaan negara.
Dengan sisa waktu menjelang tutup tahun, pemerintah berharap realisasi PNBP dapat mendekati target APBN 2025, sekaligus menjadi fondasi yang lebih kuat dalam menopang pembiayaan pembangunan nasional di tengah ketidakpastian ekonomi global. (nsp)
Load more