Jerami Padi Dinilai Punya Potensi Ekonomi Besar, Sawah akan Jadi Sumber Energi Alternatif?
- Istimewa
Ia mencontohkan keberhasilan Brasil dalam memanfaatkan energi terbarukan yang ditopang oleh surplus bahan baku tebu dan konsistensi kebijakan negara. Menurutnya, Bobibos berbasis jerami memiliki peluang ke arah yang sama.
"Secara konsep, ada potensi karena jerami adalah limbah. Tapi kita belum tahu apakah jumlahnya cukup untuk kebutuhan nasional dan apakah pasokannya stabil. Yang penting itu kualitas dan volumenya harus konsisten," kata dia.
Jerami selama ini dikenal sebagai residu pertanian dengan nilai ekonomi rendah. Jika dapat diolah menjadi bahan bakar, pemanfaatannya berpotensi menekan biaya bahan baku sekaligus meningkatkan nilai tambah sektor pertanian.
Dengan luas lahan sawah mencapai sekitar 11 juta hektare yang tersebar dari Sabang hingga Merauke, jerami dinilai lebih mudah diperoleh dibandingkan komoditas lain seperti aren atau sawit.
Bebin juga menyoroti keterbatasan bahan bakar berbasis aren, terutama dari sisi volume dan kesinambungan pasokan. Ia menegaskan bahwa kebutuhan energi nasional mencakup berbagai sektor, tidak hanya transportasi darat, tetapi juga perikanan, logistik, dan industri.
"Berapa banyak aren di Indonesia? Kebutuhan bahan bakar itu besar sekali, bukan hanya untuk kendaraan darat, tapi juga kapal nelayan. Lalu masyarakat di media sosial membandingkan dua hal ini secara sederhana, padahal kasusnya tidak sesederhana itu," tuturnya.
Terkait biodiesel, Bebin mengakui Indonesia memiliki surplus minyak sawit sehingga pengembangannya dinilai logis. Namun, ia mengingatkan perlunya kehati-hatian dalam peningkatan kadar campuran biodiesel.
"Ketika persentasenya dinaikkan terlalu tinggi, itu berbahaya. Tidak ada merek mobil yang siap menerima B35. Harus berhati-hati agar konsumen tidak rugi. Selain itu ada unsur politis dalam urusan kilang minyak dan kualitas BBM kita yang tertinggal dibanding negara lain," katanya. (rpi)
Load more