IHSG Menguat Tipis di Tengah Tekanan Bursa Asia, Pasar Tunggu Arah Kebijakan BI dan The Fed
- Antara
Jakarta, tvOnenews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan Jumat, 5 Desember 2025, meski mayoritas bursa saham di kawasan Asia bergerak melemah.
IHSG naik 12,14 poin atau 0,14 persen ke level 8.652,34 pada pembukaan sesi pagi. Sementara indeks LQ45 turut menguat tipis 0,01 persen ke level 853,84.
Penguatan IHSG di tengah tekanan eksternal ini dinilai analis sebagai sinyal kuat dari respons positif pasar terhadap perkembangan ekonomi domestik dan sentimen global. Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas menyebut, kombinasi sentimen dalam negeri dan eksternal memberikan ruang bagi IHSG untuk bergerak positif menjelang akhir pekan.
"Secara keseluruhan, kombinasi sentimen domestik dan global memberikan peluang bagi IHSG untuk bergerak positif pada akhir pekan ini," tulis riset tersebut.
Ekspektasi Kebijakan BI Dorong Sentimen Pasar
Dari dalam negeri, pelaku pasar saat ini fokus menantikan rilis data cadangan devisa dan uang primer (M0) periode November 2025 dari Bank Indonesia. Data tersebut dianggap sebagai indikator penting yang mencerminkan kesehatan likuiditas sistem keuangan dan ketahanan eksternal jelang penutupan tahun.
Selain itu, prospek jangka menengah pasar saham Indonesia turut diperkuat oleh pandangan optimistis sejumlah lembaga keuangan global. JP Morgan, dalam proyeksinya, memperkirakan IHSG berpotensi menembus level psikologis 10.000 pada 2026.
Prediksi ini ditopang oleh ekspektasi peningkatan belanja pemerintah melalui kebijakan fiskal, pelaksanaan proyek Danantara, peningkatan konsumsi domestik, serta peluang pelonggaran suku bunga BI hingga 50 basis poin pada paruh tahun depan.
Arus dana institusi yang diperkirakan meningkat ke pasar saham Indonesia pada tahun depan juga menjadi pendorong sentimen pasar.
Sentimen Global Menguat Seiring Peluang Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Sementara dari mancanegara, pelaku pasar mencermati perkembangan tenaga kerja Amerika Serikat. Laporan pemutusan hubungan kerja (PHK) dari Challenger menunjukkan angka PHK sepanjang 2025 hampir mencapai satu juta pekerja. Data lain, yakni Automatic Data Processing (ADP), menunjukkan penurunan kinerja pasar tenaga kerja yang menandakan pelonggaran kondisi ekonomi.
Kondisi tersebut meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 10 Desember 2025. Peluang pemangkasan kini bahkan melonjak hingga 87 persen.
Pasar kini menantikan rilis data belanja, pendapatan konsumen, dan inflasi PCE (Personal Consumption Expenditures) Oktober 2025 yang diprediksi naik menjadi 2,8 persen secara tahunan. Data tersebut masih menjadi indikator utama yang diperhatikan The Fed dalam menentukan arah kebijakan moneternya.
Bursa Global Variatif, Asia Justru Melemah
Perdagangan global pada Kamis lalu menunjukkan performa bercampur. Di Eropa, bursa saham kompak menguat dengan Euro Stoxx 50 naik 0,41 persen, FTSE 100 Inggris naik 0,19 persen, DAX Jerman menguat 0,79 persen, dan CAC Prancis naik 0,43 persen.
Namun di Amerika Serikat, Wall Street berakhir bervariasi. Dow Jones turun tipis 0,07 persen, sedangkan S&P 500 naik 0,11 persen. Indeks Nasdaq melemah 0,10 persen.
Pagi ini, bursa saham regional Asia justru bergerak negatif. Nikkei Jepang melemah 1,39 persen, Shanghai turun 0,04 persen, Hang Seng melemah 0,42 persen, dan Strait Times Singapura terkoreksi 0,24 persen.
Prospek IHSG ke Depan
Dengan sejumlah katalis domestik dan global, pelaku pasar dinilai masih akan mencermati arah pergerakan IHSG menjelang rilis data ekonomi penting. Sementara sentimen eksternal terkait kebijakan The Fed dan data terbaru dari sektor tenaga kerja AS masih akan menjadi fokus utama investor global.
Dalam situasi pasar yang bergerak dinamis, analis menyarankan pelaku pasar tetap berhati-hati sembari mencermati perkembangan data ekonomi dalam beberapa hari ke depan. (nsp)
Load more