PU Kebut Proyek Rp1,2 Triliun yang Jadi Kunci Swasembada Pangan Era Prabowo, Begini Progres Pembangunan Bendungan Karangnongko
- Kementerian PU
Jakarta, tvOnenews.com - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) saat ini tengah mempercepat pembangunan Bendungan Karangnongko sebagai bagian dari strategi nasional dalam memperkuat ketahanan pangan dan air.
Proyek ini merupakan salah satu fokus dalam mewujudkan swasembada pertanian serta menjaga pasokan air secara berkelanjutan.
Infrastruktur sumber daya air ini juga menjadi penopang utama dalam mewujudkan visi besar pembangunan nasional menuju Indonesia yang mandiri secara pangan dan energi.
Menteri PU Dody Hanggodo menegaskan, bendungan tidak sebatas sebagai tempat penampungan, tetapi juga sebagai pengatur distribusi air bagi berbagai kebutuhan, terutama pertanian.
“Dengan selesainya pembangunan fisik bendungan, fokus selanjutnya adalah percepatan pengembangan jaringan irigasi teknis. Ini penting untuk mendukung produktivitas pertanian dan meningkatkan jumlah masa panen bagi petani,” ujar Dody di Jakarta, Sabtu (2/8/2025).
Kementerian PU menyatakan komitmennya untuk merampungkan proyek-proyek bendungan yang telah masuk tahap konstruksi, termasuk Karangnongko, sebagai bagian dari realisasi Visi Astacita Presiden Prabowo Subianto dalam bidang swasembada pangan, energi, dan ketahanan air.
Pada tahun 2025, pembangunan Bendungan Karangnongko yang berlokasi di Desa Ngelo dan Desa Mendenrejo yang terletak di perbatasan Kabupaten Bojonegoro (Jawa Timur) dan Kabupaten Blora (Jawa Tengah), menjadi salah satu prioritas pemerintah.
Bendungan ini termasuk dalam rencana besar Kementerian PUPR melalui strategi PU608 yang bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional hingga mencapai 8 persen pada 2029 melalui penguatan infrastruktur sumber daya air.
Konstruksi fisik bendungan dimulai sejak 2023 dan dikerjakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo dalam dua paket pekerjaan. Proyek ini memiliki nilai kontrak sebesar Rp1,26 triliun dan ditargetkan rampung pada 2026.
Bendungan Karangnongko dirancang dengan kapasitas tampung 59,1 juta meter kubik dan akan mengairi lahan pertanian seluas 63.774 hektare.
Layanan irigasi mencakup Daerah Irigasi (DI) Karangnongko Kiri di Blora seluas 1.746 ha dengan debit air 2,85 m³/detik, serta DI Karangnongko Kanan di Bojonegoro seluas 5.203 ha dengan debit 7,90 m³/detik.
Proyek ini juga akan menyuplai sistem jaringan irigasi Solo Valley Werken, peninggalan era kolonial Hindia Belanda, yang membentang dari Bojonegoro hingga Surabaya, mencakup luas sekitar 62.000 ha.
Sistem ini memanfaatkan aliran Sungai Bengawan Solo untuk menjaga suplai air tetap stabil, serta meningkatkan frekuensi tanam dan hasil panen tahunan.
Luas genangan bendungan mencapai 1.026,55 hektare dan berfungsi pula sebagai sumber air baku sebesar 1.150 liter per detik bagi wilayah Bojonegoro, Ngawi, Blora, dan Tuban. Kebutuhan air bersih sekitar 270 ribu jiwa diperkirakan akan terpenuhi dari bendungan ini.
Fungsi lain bendungan adalah sebagai pengendali banjir Sungai Bengawan Solo dengan kapasitas mereduksi debit banjir hingga 760 hektare wilayah terdampak.
Keberadaan Bendungan Karangnongko akan memperkuat sistem pengendalian banjir di wilayah hilir, terutama Kabupaten Lamongan, yang selama ini hanya mengandalkan infrastruktur seperti Bendung Gerak Bojonegoro, Bendung Gerak Babat, dan Sembayat.
Selain itu, proyek Bendungan Karangnongko menjadi langkah strategis pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan, ketersediaan air baku, dan pengendalian banjir secara simultan. (rpi)
Load more