Konglomerat Toto Sugiri Untung Besar! Laba Emiten Pusat Data DCII Meroket 105,99 Persen, Sahamnya Terus Terbang
- Komdigi
Jakarta, tvOnenews.com - Emiten pusat data PT DCI Indonesia Tbk (DCII) mencatat lonjakan laba signifikan pada paruh pertama 2025.
Berdasarkan laporan keuangan semesteran yang dirilis di Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan milik konglomerat Otto Toto Sugiri ini membukukan laba bersih sebesar Rp616,94 miliar hingga 30 Juni 2025.
Capaian ini melonjak drastis, yakni 105,99 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp299,49 miliar. Lonjakan laba tersebut turut mengerek laba per saham dasar dari Rp126 menjadi Rp259.
"Semua informasi dalam laporan keuangan konsolidasian PT DCI Indonesia Tbk dan Entitas Anaknya telah dimuat secara lengkap dan benar," kata CEO DCII Otto Toto Sugiri dalam laporan keuangan yang belum diaudit, Jumat (25/7/2025).
Peningkatan kinerja DCII tidak terlepas dari lonjakan pendapatan perseroan yang mencapai Rp1,33 triliun. Angka tersebut melejit 82,19 persen dari Rp737,3 miliar pada semester I tahun lalu.
Sementara itu, beban pokok pendapatan juga meningkat menjadi Rp539,32 miliar, dari sebelumnya Rp318,23 miliar.
Namun demikian, laba kotor tetap melonjak 89,65 persen menjadi Rp794,79 miliar dibandingkan Rp419,07 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi efisiensi, beban pemasaran sedikit turun menjadi Rp1,83 miliar dari Rp1,87 miliar.
Akan tetapi, beban umum dan administrasi naik menjadi Rp50,49 miliar dari Rp39,82 miliar.
Di sisi pendapatan operasional lain tercatat hanya Rp115 juta, turun dari Rp2,04 miliar.
Sebaliknya, beban operasional lain naik menjadi Rp965 juta dari Rp765 juta. Meski begitu, laba usaha tetap melesat menjadi Rp741,61 miliar dari sebelumnya Rp378,66 miliar.
Pendapatan keuangan menurun menjadi Rp2,83 miliar dari Rp5,82 miliar, sementara beban keuangan naik tipis menjadi Rp42,76 miliar dari Rp41,73 miliar.
Laba sebelum pajak naik signifikan menjadi Rp701,68 miliar dari Rp342,74 miliar. Laba periode berjalan juga terkerek menjadi Rp616,95 miliar dari Rp299,62 miliar.
Kondisi keuangan perseroan menunjukkan peningkatan aset menjadi Rp5,57 triliun, dibandingkan akhir 2024 sebesar Rp4,82 triliun. Ekuitas pun menguat menjadi Rp3,62 triliun dari Rp3 triliun. Sementara liabilitas meningkat menjadi Rp1,95 triliun dari Rp1,81 triliun.
Saham DCII Terus Terbang
Dalam waktu yang hampir berbarengan dengan rilis laporan keuangan semesteran, saham DCII sempat mengalami lonjakan yang dinilai tidak wajar oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam sebulan terakhir, saham DCII meroket 130,23 persen atau 196.125 poin ke level Rp346.725 per lembar, dari posisi Rp150.600 per saham pada 24 Juni 2025. Akibat lonjakan ini, BEI sempat membekukan perdagangan saham perseroan.
Saham DCII diketahui mengalami lonjakan tajam dalam 10 hari terakhir. Pada Rabu (23/7/2025), saham perseroan menembus batas auto reject atas (ARA) dengan kenaikan 19,99 persen atau 57.775 poin menjadi Rp346.725.
Selama sepekan, saham ini melambung 86,33 persen. Bahkan sejak awal tahun, harga sahamnya telah melonjak sekitar 723,46 persen.
Menanggapi volatilitas tinggi sahamnya, Sekretaris Perusahaan DCII Gregorius Nicholas Suharsono menyampaikan bahwa perseroan tidak mengetahui penyebab pergerakan tersebut.
“Perseroan mengkonfirmasi bahwa tidak mengetahui adanya aktivitas dari pemegang saham tertentu,” kata Gregorius dalam keterbukaan informasi BEI, Rabu (23/7/2025).
Ia juga menegaskan bahwa hingga saat ini, tidak ada rencana aksi korporasi terhadap kepemilikan saham perseroan oleh pemegang saham utama maupun pengendali.
Sebelumnya, lonjakan saham DCII juga terjadi pada pertengahan Februari 2025, ketika harganya naik dari Rp46.000 ke atas Rp150.000 per saham.
Saat itu, manajemen DCII menyatakan sedang menyiapkan rencana pemecahan nilai nominal saham (stock split).
Gregorius mengatakan, perseroan telah menyampaikan surat permohonan persetujuan prinsip kepada BEI pada 19 Februari 2025.
“Sebagaimana telah dikomunikasikan sebelumnya melalui surat permohonan persetujuan prinsip dalam rangka pemecahan saham pada 19 Februari 2025,” ujarnya.
Rencana ini diproyeksikan terlaksana dalam rentang waktu tiga bulan. Namun hingga kini belum ada pembaruan resmi terkait kelanjutan rencana stock split tersebut. (rpi)
Load more