Stasiun MRT Monas dan Kota Bakal Jadi Galeri Bawah Tanah
- Aria Cindyara-Antara
Jakarta, tvOnenews.com - Proyek pembangunan MRT Jakarta Fase 2A tak hanya akan memperluas jaringan transportasi publik Ibu Kota.
Tetapi juga menghadirkan pengalaman baru bagi masyarakat dengan kehadiran galeri bawah tanah yang penuh sejarah.
PT MRT Jakarta (Perseroda) akan menghadirkan galeri bawah tanah yang memamerkan berbagai artefak dan benda cagar budaya yang ditemukan selama proses konstruksi.
“Kami punya dua stasiun yang kami sebut stasiun ikonik, yaitu Stasiun Monas dan Kota,” kata Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda) Weni Maulina, dikutip Jumat (18/7/2025).
Weni menjelaskan, di Stasiun Monas rencananya akan dibangun galeri yang menampilkan bangunan-bangunan bersejarah.
Konsepnya akan disesuaikan dengan tema-tema yang relevan dengan lokasi dan sejarah di sekitarnya.
Sementara itu di Stasiun Kota, berbagai temuan cagar budaya dan benda diduga cagar budaya akan dipajang.
Weni menyebut, saat ini tim MRT Jakarta sedang berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta untuk mengkurasi benda-benda apa saja yang akan dipamerkan.
Sejumlah cagar budaya telah ditemukan di sepanjang jalur MRT Jakarta Fase 2A, yang membentang dari Bundaran HI hingga Kota.
Cagar budaya tersebut Monumen Nasional (Monas), Museum Nasional, Menara BTN, Istana Presiden RI, Gedung Arsip Nasional, Gedung Sarinah, Museum Bank Indonesia, Gedung Chandranaya, Pantjoran Tea House, Museum Bank Mandiri, Tugu Jam Thamrin, dan Stasiun Jakarta Kota (BEOS).
Selain itu, ditemukan juga benda cagar budaya yang diidentifikasi selama proses pembangunan MRT Jakarta Fase 2A. Di antaranya Jembatan Glodok, saluran pipa air kuno Batavia (terakota), dan rel trem Batavia.
Tak hanya itu, ditemukan pula berbagai artefak lain, seperti tulang sendi dan gigi hewan pemamah biak (kerbau), fragmen keramik China dan Eropa, peluru, botol tembikar, hingga koin Belanda yang diperkirakan berasal dari abad ke-18 hingga ke-20 Masehi.
Weni menegaskan bahwa proses penanganan beda-benda bersejarah ini dilakukan dengan sangat hati-hati, melibatkan konsultasi dengan para ahli arkeologi dan ahli struktur.
Metode penangananya meliputi pelestarian in-situ (di lokasi penemuan) dan ex-situ (dipindahkan ke tempat lain untuk diamankan dan dipamerkan).
Load more