Kas TBS (TOBA) Gemuk Usai Jual PLTU dan Beli Perusahaan Sampah, Tapi Pendapatan Menyusut
- TOBA/SEPL
Jakarta, tvOnenews.com - PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) membukukan arus kas bersih yang signifikan pada kuartal I 2025.
Transformasi sektor energi terbarukan dan bisnis berkelanjutan tampaknya mulai membuahkan hasil dalam bentuk neraca kas yang lebih kuat.
Meski pendapatan mengalami penurunan akibat perubahan komposisi bisnis, likuiditas perusahaan menunjukkan tren menguat.
"Kuartal ini, TBS mencatatkan total EBITDA disesuaikan sebesar US$15,8 juta, dimana segmen pengelolaan limbah menyumbang EBITDA sebesar US$2,6 juta. Angka ini belum mencerminkan kontribusi penuh dari Sembcorp Environment," kata Direktur TBS Juli Oktarina dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, dikutip Jumat (30/5/2025).
Sebagai informasi, pada Maret 2025, TBS atau TOBA baru saja menuntaskan pengambilalihan alias akuisisi 100% saham perusahaan pengolahan limbah dan sampah di Singapura, yakni Sembcorp Environment Pte. Ltd (SEPL).
Saldo Kas TOBA Naik setelah Jual PLTU
TOBA dalam laporannya menyampaikan bahwa pendapatan konsolidasi selama Januari–Maret 2025 tercatat sebesar US$71,5 juta, di mana angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan ini terjadi karena telah selesainya proses divestasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pergeseran fokus usaha ke energi hijau.
Sementara itu, EBITDA disesuaikan mencapai US$15,8 juta dan total arus kas bersih tercatat sebesar US$44,1 juta.
Kondisi ini mendorong saldo kas perusahaan naik menjadi US$126,1 juta pada akhir kuartal I, sehingga tingkat likuiditas bisa dikatakan semakin solid.
"Saldo kas Perseroan naik sebesar 45% menjadi US$126,1 juta, terdorong secara signifikan oleh dana dari divestasi aset PLTU," sambungnya.
Di sisi keuangan, total aset TBS naik 11% menjadi US$1,048 miliar. Kenaikan ini didorong oleh ekspansi perusahaan ke sektor energi bersih dan pengelolaan limbah.
Namun, total ekuitas tercatat sebesar US$359,6 juta akibat dampak akuntansi dari pelepasan aset PLTU.
Penyesuaian ini bersifat sementara dan tidak mencerminkan penurunan performa operasional maupun arus kas perusahaan, yang tetap menunjukkan tren positif.
Sebagaimana disebut di awal, kontribusi dari lini pengelolaan limbah dan sampah mulai terlihat, dengan sumbangan EBITDA sebesar US$2,6 juta pada kuartal ini.
Angka tersebut belum mencakup kontribusi penuh dari Sembcorp Environment, yang akuisisinya baru rampung akhir Maret 2025. Capaian ini menjadi sinyal awal potensi pertumbuhan bisnis ramah lingkungan TBS ke depan.
“Angka keuangan kuartal ini perlu dilihat dalam konteks transformasi jangka panjang yang sedang kami jalankan,” ujar Juli Oktarina.
“Secara fundamental, kami terus menghasilkan arus kas yang sehat, dan tetap fokus menciptakan nilai tambah dari lini bisnis berkelanjutan kami,” imbuhnya.
Dengan rampungnya penjualan PLTU Minahasa Utara berkapasitas 100 MW, emisi karbon perusahaan berkurang hingga 45% atau setara dengan 777 ribu ton CO2e per tahun.
Hal ini diklaim ini menjadi bagian dari roadmap TBS2030, serta wujud komitmen TBS dalam mendukung sektor limbah, kendaraan listrik, dan energi terbarukan.
Selain itu, pelepasan satu aset PLTU lainnya di Gorontalo juga telah tuntas, sehingga menambah pengurangan total emisi hingga 80% atau sekitar 1,3 juta ton CO2e per tahun.
Perusahaan yang terafiliasi dengan Luhut Binsar Pandjaitan dan Pandu Sjahrir ini menyampaikan akan terus membangun portofolio hijau dengan mengejar peluang baru di sektor pengelolaan limbah, mobilitas berbasis listrik, serta energi bersih, tanpa meninggalkan fokus pada profitabilitas dan dampak jangka panjang yang positif.
“TBS terus melanjutkan agenda transformasi dengan disiplin dan optimisme. Kami melihat kuartal ini sebagai bagian penting dari perjalanan TBS membangun model bisnis yang lebih berkelanjutan,” tutup Juli. (rpi)
Load more