Istana Bantah Efisiensi Bikin Ekonomi Melambat, Lalu Apa Sebabnya Perekonomian Lesu?
- tvOnenews.com/Adinda Ratna Safitri
Jakarta, tvOnenews.com - Istana Kepresidenan membantah anggapan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2025 disebabkan oleh kebijakan efisiensi anggaran.
Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi saat memberikan keterangan kepada media di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (9/5/2025).
Menurut Prasetyo, arahan Presiden Prabowo Subianto kepada kementerian/lembaga untuk melakukan efisiensi anggaran tidak berdampak langsung terhadap melemahnya laju pertumbuhan ekonomi.
Ia menegaskan bahwa kebijakan tersebut justru diarahkan untuk mendukung program-program produktif.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 sebesar 4,87 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal-kuartal sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir.
“Dengan proses efisiensi kalau dikait-kaitkan misalnya, meskipun tidak selalu pasti ada berkaitan secara langsung, tetapi kemudian saudara-saudara tengok, proses efisiensi itu kan realokasi anggaran, diarahkan untuk kegiatan-kegiatan yang lebih produktif,” kata Prasetyo Hadi.
Prasetyo menekankan bahwa perlambatan ekonomi yang terjadi tidak bisa disederhanakan hanya karena satu kebijakan semata.
Ia menyebutkan bahwa realisasi belanja negara yang belum optimal pada kuartal pertama juga turut memengaruhi kondisi pertumbuhan.
Meski begitu, pemerintah telah melakukan realokasi anggaran ke sektor-sektor yang dianggap lebih bernilai tambah.
Mensesneg mencontohkan sektor pertanian yang menunjukkan pertumbuhan signifikan, yakni mencapai lebih dari 10 persen.
Selain faktor domestik, situasi global juga berperan. Ketegangan geopolitik dan kebijakan dagang internasional turut menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi belum mampu menembus angka 5 persen.
“Geopolitik dunia juga tadinya kita berharap beberapa konflik segera selesai, tetapi yang lama belum selesai, sekarang bertambah baru. Bertambah baru sekarang saudara-saudara kita di India dan Pakistan bersitegang,” sambungnya..
Pada pernyataan terpisah, Ketua Dewan Energi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan bahwa tren perlambatan pertumbuhan ekonomi juga pernah terjadi saat masa transisi pemerintahan, seperti yang terjadi pada 2014.
“Tetapi, semua perlu tahu bahwa pola seperti ini bukan hal baru. Karena pada masa transisi pemerintahan 2014, kuartal pertama dan kedua juga tumbuh di bawah 5 persen. Artinya, dalam masa penyesuaian seperti ini, perlambatan bisa terjadi,” ujar Luhut dalam akun Instagram @luhut.pandjaitan, dikutip di Jakarta, Rabu (7/5/2025).
Load more