Prabowo Effect: Investor Serbu RI!
- Abdul Gani Siregar/tvOnenews.com
Jakarta, tvOnenews.com – Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Transformasi Teknologi dan Digital, Teguh Anantawikrama, menyoroti dampak besar dari kehadiran Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dalam berbagai forum internasional terhadap peningkatan kepercayaan global terhadap Indonesia.
Dalam diskusi bertajuk "Cryptocurrency: 2025 Beyond Borders – Next-Gen Solutions for Global Transactions", Teguh mengungkapkan bahwa kehadiran Presiden Prabowo bersama delegasi Kadin di berbagai negara telah memberikan citra positif yang sangat kuat bagi Indonesia di mata dunia.
Citra tersebut diyakini menjadi salah satu pendorong utama meningkatnya komitmen investasi asing ke dalam negeri dalam empat bulan terakhir, yang disebut sebagai yang tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.
Komitmen Investasi Asing Capai Rekor Tertinggi
Teguh menyatakan bahwa kepercayaan investor internasional kepada Indonesia meningkat secara signifikan berkat diplomasi ekonomi aktif yang dijalankan oleh Presiden Prabowo. Dalam empat bulan pertama tahun 2025, nilai komitmen investasi dari luar negeri mencatatkan rekor tertinggi. Hal ini, menurutnya, terjadi bukan hanya karena potensi ekonomi Indonesia yang besar, tetapi juga karena keseriusan pemerintah dalam membuka ruang kerja sama yang luas dengan negara-negara mitra.
“Pak Prabowo ke mana-mana bersama Kadin. Itu bukan hal yang dirancang untuk pencitraan, tapi memang berdampak luar biasa. Negara-negara mitra melihat bahwa Indonesia serius ingin membangun kolaborasi,” ungkap Teguh.
Jika komitmen tersebut terealisasi pada pertengahan 2025, Indonesia berpotensi mengalami lompatan signifikan dalam pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, serta penguatan mata uang rupiah.
Ancaman jika Momentum Tidak Dimanfaatkan
Meski mencerminkan optimisme, Teguh juga menyampaikan peringatan keras. Ia menilai bahwa enam bulan ke depan merupakan periode krusial. Apabila Indonesia gagal merealisasikan potensi investasi, tidak mengembangkan aset digital, dan tidak mendukung produk-produk lokal, maka ancaman pelemahan nilai tukar rupiah bisa menjadi lebih parah daripada krisis moneter 1998.
“Kalau kita gagal dalam 6 bulan ke depan ini, then we are bankrupt,” ujar Teguh, mengingatkan pentingnya pengelolaan momentum ekonomi dengan penuh kehati-hatian dan strategi.
Load more