Sri Mulyani Masih Percaya Diri Ekonomi RI Tumbuh 5 Persen Meski IMF Koreksi Proyeksi di 2025, Apa Dasarnya?
- YouTube/Kemenkeu
Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan masih optimis ekonomi Indonesia pada tahun 2025 tetap dapat mencapai angka pertumbuhan 5 persen.
Di tengah kondisi dinamika ekonomi global, Menkeu tetap percaya diri meski proyeksi oleh Dana Moneter Internasional (IMF) justru turun.
IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya sebesar 4,7 persen.
Kendati demikian, Sri Mulyani merasa sejumlah indikator awal 2025 menunjukkan prospek yang positif.
Saat konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang digelar pada Kamis (24/4/2025), Sri Mulyani menyampaikan momentum kuartal I-2025 sebagai sinyal kuat bahwa ekonomi nasional masih solid.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 diprakirakan akan mencapai sekitar 5 persen,” kata Sri Mulyani.
Optimisme tersebut diperkuat dengan laju konsumsi rumah tangga yang tetap kuat. Faktor pendukungnya antara lain belanja pemerintah untuk tunjangan hari raya (THR), bantuan sosial, serta insentif lainnya yang bertepatan dengan bulan Ramadhan dan perayaan Idulfitri 1446 H.
Selain konsumsi, investasi juga diperkirakan akan meningkat seiring kelanjutan Proyek Strategis Nasional (PSN) dan pertumbuhan sektor properti oleh swasta.
Kedua sektor itu diyakini akan mendorong peningkatan belanja modal di berbagai daerah.
Sri Mulyani menyebutkan, keyakinan pelaku usaha terlihat dari aktivitas manufaktur yang masih menunjukkan ekspansi. Hal ini menjadi indikator bahwa kepercayaan terhadap prospek ekonomi tetap terjaga.
Pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh naiknya impor barang modal, terutama alat berat, yang menunjukkan kuatnya investasi nonbangunan sebagai penggerak ekonomi domestik.
Di sisi lain, sektor ekspor diprediksi tetap positif, didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas pada Maret 2025.
Komoditas utama yang mendukung kinerja ini mencakup CPO, produk besi dan baja, serta mesin dan peralatan listrik.
Terkait revisi proyeksi IMF, Sri Mulyani menjelaskan bahwa koreksi tersebut dilatarbelakangi kebijakan tarif resiprokal yang digagas Presiden AS Donald Trump.
Kebijakan tersebut menciptakan ketidakpastian global dan menekan aktivitas perdagangan internasional.
IMF memprediksi bahwa negara-negara dengan ketergantungan tinggi pada perdagangan akan terdampak lebih besar.
Untuk itu, IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan Indonesia dari 5,1 persen menjadi 4,7 persen atau terkoreksi sebesar 0,4 persen.
Namun, Sri Mulyani menegaskan bahwa pemerintah akan terus melakukan respons aktif. Salah satunya dengan bernegosiasi langsung dengan pemerintah AS serta merumuskan kebijakan deregulasi guna memperkuat daya saing dan prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
“Langkah-langkah ini yang terus dirumuskan dan akan terus dimonitor, sehingga kepercayaan dari perekonomian dalam negeri dan pelaku ekonomi bisa dijaga atau bahkan diperkuat,” ujar Menkeu.
Sri Mulyani juga menyinggung, target pertumbuhan dalam APBN 2025 yang ditetapkan sebesar 5,2 persen. Ia menyatakan bahwa evaluasi terhadap target ini akan dilakukan pertengahan tahun dalam laporan semester kepada DPR.
Evaluasi akan memperhatikan dinamika global terkini, termasuk penundaan penerapan tarif resiprokal selama 90 hari serta perkembangan lainnya yang relevan dengan outlook ekonomi nasional.
Dalam waktu dekat, Kementerian Keuangan akan menyelesaikan analisis terhadap dampak ketidakpastian global dan menyusun skenario mitigasi risiko. APBN 2025 juga akan dipersiapkan sebagai alat untuk meredam guncangan ekonomi (shock absorber) dan merespons siklus ekonomi (counter-cyclical).
“Untuk itu, kita juga akan lihat nanti apakah target dari pertumbuhan ekonomi 2025 sebesar 5,2 persen mengalami deviasi dan implikasinya,” katanya. (ant/rpi)
Load more