Tarif AS-China 145% Dinilai Tak Masuk Akal, Peluang Damai Perang Dagang Terbuka Lebar
- tvOnenews.com/Wildan Mustofa
Jakarta, tvOnenews.com — Dunia dikejutkan dengan pernyataan terbuka dari pemerintah Amerika Serikat bahwa tarif dagang terhadap China tak bisa dipertahankan. Hal ini membuka peluang besar meredanya perang dagang yang selama ini memicu gejolak ekonomi global.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyebut tarif 145% untuk barang dari China dan 125% untuk produk AS yang dibalas China terlalu ekstrem.
"Ini seperti embargo. Tidak ada yang untung jika perdagangan berhenti," ujar Bessent, mengutip Reuters, Rabu (23/4/2025).
Gedung Putih kini mempertimbangkan pemangkasan tarif besar-besaran atas produk China. Meski belum ada keputusan resmi, sumber Wall Street Journal menyebut potensi pemangkasan bisa capai 50%.
Pasar merespons positif. Indeks S&P 500 naik 1,67% ke 5.375,86. Namun, Bessent memperkirakan kepastian kebijakan baru muncul pada kuartal ketiga 2025.
Kebijakan Trump Dapat Gugatan
Tarif tinggi yang diberlakukan Donald Trump, termasuk tarif 10% untuk semua impor, serta tarif besar untuk baja dan mobil, menuai gugatan dari 12 negara bagian, termasuk New York dan California.
IMF memperingatkan kebijakan ini bisa menghambat ekonomi global dan menambah beban utang negara. Data S&P Global juga mencatat aktivitas bisnis AS merosot ke level terendah dalam 16 bulan.
Dampak ke Indonesia dan Asia Tenggara
Perang dagang ini mengguncang Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Industri manufaktur dan ekspor berisiko terganggu akibat melemahnya permintaan global dan fluktuasi harga bahan baku.
Jika ketegangan tak mereda, pemulihan ekonomi Indonesia pasca-pandemi bisa tertahan. Sebaliknya, pelonggaran tarif bisa memicu optimisme pasar dan memperkuat posisi Indonesia di rantai pasok global.
Pemerintah Indonesia terus memantau perkembangan dan bersiap hadapi dampak lanjutan dari gejolak perdagangan global. (nsp)
Load more