Rupiah Terkapar ke Rp16.872, Analis Sebut Ekonomi 'Kurang Darah'
- Antara
Jakarta, tvOnenews.com - Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Rabu, 23 April 2025, turun 12 poin atau 0,07% menjadi Rp16.872 per dolar AS.
Menurut Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, pelemahan rupiah disebabkan oleh ketatnya likuiditas perekonomian domestik.
“Rupiah masih terus mengalami pelemahan karena likuiditas perekonomian sangat ketat atau ‘kurang darah’. Ini bisa berdampak pada stagnasi ekonomi,” ujar Rully kepada ANTARA.
Butuh Terobosan, Kredit Jadi Kunci
Rully mengibaratkan sistem perbankan sebagai jantung dan kredit sebagai darah dalam tubuh ekonomi.
“Saat ini jantungnya lagi lemah. Harus ada kebijakan yang bisa meningkatkan likuiditas dan menggerakkan ekonomi,” tambahnya.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan April 2025 memutuskan menahan suku bunga acuan (BI Rate) di level 5,75%. Begitu juga dengan suku bunga deposit facility di 5% dan lending facility di 6,5%.
Kebijakan BI Tak Cukup Dongkrak Rupiah
Kebijakan BI dianggap sudah tepat, namun belum mampu memberikan sentimen positif terhadap nilai tukar.
Di sisi lain, pasar modal menunjukkan tanda-tanda perbaikan. IHSG naik 1,2% pada sesi 1, dan yield obligasi pemerintah 10 tahun turun ke 6,951%, mengindikasikan arus keluar dana asing mulai mereda.
Dolar AS Perkasa Tekan Rupiah
Faktor eksternal juga menekan rupiah. Indeks dolar AS naik 1% menjadi 100 dibandingkan hari sebelumnya, memperkuat posisi mata uang AS terhadap mayoritas mata uang global.
Sementara itu, kurs JISDOR Bank Indonesia pada Rabu ditutup melemah ke Rp16.880 per dolar AS, dari sebelumnya Rp16.862. (ant/nsp)
Load more