Gaji Pendulang Emas Capai Jutaan, Tapi Risiko Mengintai Nyawa
- erdika mukdir
Jakarta, tvOnenews.com — Pendulangan emas adalah aktivitas tradisional yang telah berlangsung sejak berabad-abad di berbagai daerah di Indonesia. Metode ini biasanya dilakukan secara manual, menyusuri sungai atau tanah galian untuk mencari serpihan logam mulia.
Meski terlihat sederhana, pendulangan emas menyimpan kisah perjuangan ekonomi masyarakat akar rumput, dari Kalimantan hingga Papua.
Di banyak daerah, pekerjaan ini bukan hanya menjadi sumber nafkah, tapi juga bagian dari warisan budaya. Di Kalimantan Barat misalnya, tradisi mendulang emas sudah ada sejak zaman kolonial dan masih dipertahankan hingga sekarang.
Namun, seiring naik turunnya harga emas dan perubahan iklim ekonomi, pendapatan para pendulang kini menjadi sangat tidak pasti.
Pendulang Emas Tradisional: Mengandalkan Keberuntungan Alam
Pendulang tradisional biasanya bekerja secara manual menggunakan dulang (wadah besar dari logam atau plastik), dengan menyisir sedimen sungai untuk mencari partikel emas. Lokasi populer antara lain Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sumatra Barat, dan Papua.
-
Gaji per hari: Rp50.000 – Rp300.000
-
Gaji per bulan: Rp1,5 juta – Rp9 juta
Namun, pendapatan ini sangat fluktuatif. Bila cuaca buruk atau kadar emas rendah, pendulang bisa pulang tanpa hasil.
Pendulang Semi-Modern: Modal Lebih Besar, Hasil Lebih Tinggi
Pendulang semi-modern biasanya menggunakan alat bantu seperti mesin semprot air bertekanan, selang, dan dulang besar berbahan logam. Meski tetap berisiko, sistem ini lebih efisien.
-
Gaji per hari: Rp200.000 – Rp1 juta
-
Gaji per bulan: Rp6 juta – Rp30 juta
Namun, biaya operasional harian—seperti solar untuk mesin dan logistik di lapangan—bisa memotong margin keuntungan.
Risiko di Balik Kilau Emas
Meski berpotensi menghasilkan jutaan rupiah, menjadi pendulang emas tidak semudah yang dibayangkan. Beberapa tantangan yang dihadapi:
-
Cuaca ekstrem seperti hujan lebat dapat menunda aktivitas hingga berhari-hari.
-
Harga emas global yang fluktuatif langsung berdampak pada nilai jual hasil dulangan.
-
Konflik sosial bisa muncul, apalagi di lokasi yang dikuasai kelompok tertentu atau berada di wilayah adat.
-
Pendulangan ilegal berisiko hukum dan merusak lingkungan, terutama bila menggunakan merkuri atau bahan kimia berbahaya.
Load more