Pasar Saham Menggeliat, Emas Pecah Rekor! Investor Menanti Kejutan Liberation Day Trump
- reuters
Jakarta, tvOnenews.com – Pasar saham global menguat pada Selasa (2/4), mengikuti tren positif Wall Street. Sementara itu, harga emas terus menanjak hingga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa, di tengah ketidakpastian kebijakan tarif balasan yang akan diumumkan Presiden AS, Donald Trump.
Melansir dari Reuters, mata uang safe haven seperti yen Jepang dan franc Swiss tetap stabil, menandakan meningkatnya kehati-hatian investor.
Namun, dolar Australia justru rebound setelah Bank Sentral Australia (RBA) mempertahankan suku bunga di 4,1%, meskipun mengingatkan akan ketidakpastian global yang semakin nyata.
Tarif Balasan Trump: Misteri yang Ditunggu Pasar
Para pelaku pasar kini tengah menanti dengan waspada apa yang disebut Trump sebagai “Liberation Day”, yang jatuh pada 2 April. Pada hari itu, Trump dijadwalkan mengumumkan paket tarif balasan besar-besaran, yang berpotensi mengguncang ekonomi global.
Laporan tahunan Perwakilan Dagang AS (USTR) mengenai hambatan perdagangan luar negeri telah dirilis pada Senin (1/4). Dokumen setebal 397 halaman itu memuat berbagai kebijakan negara lain yang dianggap sebagai penghalang perdagangan oleh AS. Namun, belum jelas bagaimana laporan tersebut akan memengaruhi kebijakan tarif Trump.
Di Eropa, pasar saham mengalami penguatan setelah aksi ambil untung sebelumnya. Indeks Stoxx 600 naik 0,7%, didorong oleh saham farmasi dan teknologi, sementara saham yang rentan terhadap tarif AS masih mengalami tekanan.
"Masih belum jelas negara mana yang akan terkena dampak tarif dan pada tingkat berapa. Bisa jadi, pemerintahan Trump sendiri masih belum merampungkan rencana akhirnya," ujar Jim Reid, analis Deutsche Bank kepada Reuters.
Investor Gelisah, Volatilitas Meningkat
Ketidakpastian semakin terasa di pasar keuangan. Volatilitas saham, obligasi, dan mata uang melonjak dalam beberapa hari terakhir, mencerminkan tantangan besar bagi investor yang harus berhadapan dengan situasi yang belum pasti.
Indeks S&P 500 di Wall Street berhasil naik 0,55% pada Senin (1/4), menghentikan tren penurunan tiga hari berturut-turut. Namun, dalam perdagangan berjangka, indeks ini kembali turun tipis 0,1%.
"Pemulihan semalam bisa jadi hanya efek dari penyesuaian akhir bulan dan kuartal, serta aksi beli kembali menjelang pengumuman besar Trump," kata Tony Sycamore, analis di IG.
Analis juga memperingatkan bahwa pasar saham AS saat ini dihargai untuk skenario perlambatan pertumbuhan ekonomi, tetapi belum mempertimbangkan kemungkinan resesi. Jika ekonomi AS benar-benar memasuki resesi, bursa saham bisa merosot lebih dalam hingga 10% lagi.
Emas Bersinar, Dolar Tertekan
Di tengah ketidakpastian global, emas kembali menjadi primadona. Harga logam mulia ini melonjak ke rekor tertinggi $3.148,88 per ounce atau sekitar Rp209.610 untuk hari keempat berturut-turut.
"Selain faktor aversi risiko, investor juga meningkatkan alokasi ke emas karena kebijakan perdagangan Trump yang berpotensi mengguncang status dolar sebagai mata uang cadangan dunia," kata Kyle Rodda, analis pasar keuangan dari Capital.com.
Sementara itu, permintaan tinggi terhadap obligasi pemerintah AS membuat imbal hasil Treasury 10 tahun turun hampir 6 basis poin ke 4,188%. Hal ini menekan dolar AS, yang mencatat performa kuartal pertama terburuk dalam sembilan tahun terakhir, dengan penurunan hampir 4% terhadap sekeranjang mata uang utama dunia.
Minyak & Bitcoin Juga Meningkat
Di pasar komoditas, harga minyak mentah terus naik setelah melonjak 2% pada Senin. Brent crude naik 0,1% ke $74,79 per barel, sementara minyak mentah AS meningkat ke $71,52 per barel.
Bitcoin juga ikut menguat, naik 1,2% ke $83.040, mencerminkan optimisme investor terhadap aset digital di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Trump Kembali Mengancam Iran & Rusia
Di tengah dinamika pasar, Trump kembali mengeluarkan peringatan keras terhadap Iran dan Rusia. Ia mengancam akan menjatuhkan tarif tambahan terhadap minyak mentah Rusia dan Iran, serta mengisyaratkan kemungkinan serangan militer terhadap Iran jika tidak segera menyepakati perjanjian nuklir dengan Washington.
Dengan berbagai faktor ini, pekan ini menjadi momen krusial bagi investor global. Semua mata kini tertuju pada 2 April, hari di mana Trump berjanji akan mengungkap rencana tarif balasannya. (nsp)
Load more