Aksi boikot ini dipicu oleh ketidakpuasan publik terhadap langkah Elon Musk yang dianggap merugikan kepentingan rakyat Amerika. Musk, yang kini menjabat sebagai Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) di pemerintahan Donald Trump, dianggap memperburuk situasi ekonomi dengan kebijakan penghematan yang kontroversial.
“Kami berhak untuk menolak membeli produk Tesla sebagai bentuk protes atas tindakan Musk di pemerintahan,” kata salah satu pengunjuk rasa dalam aksi di California.
Aksi boikot ini juga berdampak nyata pada penjualan global Tesla. Di Jerman, penjualan Tesla turun drastis 76,3% pada Februari 2025 dibandingkan dengan Februari 2024. Situasi serupa juga terjadi di Australia dan Selandia Baru, di mana penjualan Tesla anjlok di tengah maraknya vandalisme terhadap kendaraan Tesla.
Performa buruk saham Tesla juga disinyalir terkait langsung dengan keterlibatan Elon Musk di pemerintahan Trump. Sebagai pemimpin DOGE, Musk dinilai terlalu sibuk dengan urusan politik sehingga mengabaikan inovasi dan pengembangan di Tesla.
Para pesaing Tesla, terutama merek mobil listrik asal China seperti BYD, Xpeng, dan Nio, mulai mencuri pangsa pasar. BYD menawarkan mobil listrik dengan harga lebih terjangkau namun memiliki performa yang lebih baik. Sementara Xpeng dan Nio menarik perhatian pasar kelas atas dengan teknologi canggih dan desain mewah.
Minimnya inovasi dari Tesla membuat konsumen mulai beralih ke merek lain. “Tesla kehilangan daya tariknya di pasar karena kurangnya pembaruan teknologi dan strategi harga yang tidak kompetitif,” kata seorang analis pasar di Wall Street.
Load more