Jakarta, tvonenews.com - Kepala BPOM Taruna Ikrar memberikan kuliah umum di Aula Massachusetts General Hospital, Boston, Harvard University, Amerika Serikat, Rabu (20/11/2024). Dalam pemaparannya, Taruna Ikrar fokus membahas Farmakologi Terapi berbasis sel dan genetik.
Taruna menyebut, penerapan terapi ini telah menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan, serta sebagian masih dalam tahap penelitian untuk memastikan keamanannya serta efektivitas, serta mengurangi adverse reactions.
"Pada uji klinis glioblastoma (kanker otak), di masa depan terapi sel dan genetik menjadi penemuan terpenting dalam sejarah pengobatan dunia kedokteran. Ini menjadi harapan baru bagi jutaan penderita penyakit herediter dan degeneratif yang selama ini tidak ada obatnya," kata Taruna dalam keterangan resminya.
Taruna Ikrar lahir di Makassar, Sulawesi Selatan pada 15 April 1969. Taruna merupakan sosok yang aktif berorganisasi dan menulis. Ceramah Taruna Ikrar bisa disaksikan di akun Youtube pribadinya.
Ia pernah menjabat sebagai spesialis laboratorium di departemen anatomi dan neurobiologi di Universitas California di Irvine, AS.
Pria berusia 55 tahun ini adalah salah satu pemegang paten metode pemetaan otak manusia sejak tahun 2009. Taruna Ikrar juga merupakan anggota tim peneliti obat dan vaksin di ASGCT California, Amerika Serikat.
Ia pernah menjabat wakil ketua PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) periode 2000-2003. Selain itu Taruna Ikrar pernah menjadi anggota Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4).
Ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum I-4 periode 2011-2013 dan 2012-2015.
Pada 2017, Taruna Ikrar sempat menjadi perbincangan hangat di media sosial karena adanya keraguan dari beberapa pihak tentang sejumlah penghargaan dan gelar guru besarnya di bidang kedokteran spesialis otak.
Taruna pernah mengklaim dirinya menjadi salah satu nominee penerima Nobel tahun 2016 terkait penelitian optogenetics.
Optogenetics adalah konstelasi optik, genetik, dan bioteknologi memadukan aplikasi genetik dengan optik untuk mempelajari fungsi sekelompok sel.
Selain soal Nobel, Taruna Ikrar juga disebut mengklaim sebagai dekan dan profesor di Pacific Health Science University (PHSU) dan National Health University. Klaim ini juga diragukan sejumlah pihak.
Gelar profesor Taruna Ikrar MBiomed PhD juga pernah dicabut oleh Mendikbudristek Nadiem Makarim kala itu. Taruna Ikrar sebelumnya tercatat sebagai guru besar Universitas Malahayati, Bandar Lampung.
Pencabutan gelar profesor Taruna Ikrar tertuang dalam Keputusan Mendikbudristek (Kepmendikbudristek) No 48674/M/07/2023 tentang Penyetaraan Jabatan Akademik Dosen tertanggal 30 Agustus 2023.
Tahun 2020, Taruna diangkat oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto sebagai Ketua Konsil Kedokteran (KKI). IDI yang berseberangan dengan Terawan, memprotes pengangkatan itu.
Kemudian, pada Agustu 2024, Taruna Ikrar dilantik menjadi Kepala BPOM oleh Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi). (nba)
Load more