Jakarta, tvonenews.com - Seiring dengan turunnya keyakinan konsumen, kinerja penjualan eceran atau penjualan riil kembali tumbuh melambat. Bank Indonesia memperkirakan kinerja penjualan eceran masih tetap tumbuh di bulan Oktober 2024, meski terjadi perlambatan.
Melambatnya kinerja penjualan eceran telah terlihat sejak bulan September 2024 lalu, dimana penjualan riil mulai turun secara bulanan (month to month/mtm). Penurunan ini terutama disebabkan oleh berakhirnya periode diskon yang banyak terjadi selama periode perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus.
Meski turun secara bulanan, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso mengungkapkan bahwa kinerja penjualan eceran masih tetap tumbuh secara tahunan (year on year/yoy) di bulan Oktober 2024.
“Kinerja penjualan eceran diprakirakan tetap tumbuh pada Oktober 2024. Hal ini tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Oktober 2024 yang diprakirakan mencapai 209,5 atau tumbuh sebesar 1,0 persen (yoy),” kata Ramdan dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/11/2024).
Dia menjelaskan bahwa kinerja penjualan eceran pada bulan Oktober 2024 tersebut ditopang oleh peningkatan penjualan Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi, Suku Cadang dan Aksesori, serta Subkelompok Sandang.
Sementara secara bulanan, jelas Ramdan, penjualan eceran membaik meski masih mengalami kontraksi sebesar 0,5 persen (mtm).
“Perbaikan didorong oleh kenaikan penjualan Subkelompok Sandang, Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya, serta Suku Cadang dan Aksesori didukung oleh kelancaran distribusi,” jelas Ramdan.
Realisasi September
Sementara pada September 2024, Bank Indonesia mencatat, IPR tetap tumbuh. IPR tercatat 210,6 atau tumbuh sebesar 4,8 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan Agustus 2024 yang tumbuh 5,8 persen (yoy).
“Pertumbuhan tersebut ditopang oleh peningkatan penjualan Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor serta Suku Cadang dan Aksesori,” jelas Ramdan.
Sementara secara bulanan, Bank Indonesia mencatat penjualan eceran pada September 2024 terkontraksi 2,5 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 1,7 persen (mtm).
Berdasarkan kelompoknya, penurunan terutama terjadi pada Subkelompok Sandang, Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya, serta Makanan, Minuman, dan Tembakau seiring dengan penurunan permintaan masyarakat setelah berakhirnya berbagai program diskon di bulan Agustus 2024.
Dari sisi harga, tekanan inflasi 3 dan 6 bulan yang akan datang, yaitu pada Desember 2024 dan Maret 2025 diprakirakan meningkat. Hal ini tecermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Desember 2024 dan Maret 2025 yang masing-masing tercatat sebesar 152,6 dan 169,4, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 134,3 dan 155,9.
“Peningkatan tersebut sejalan dengan kenaikan permintaan saat Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru) pada Desember 2024 dan bulan Ramadan pada Maret 2025,” jelas Ramdan. (hsb)
Load more