Jakarta, tvOnenews.com - Program Gerai Maritim yang diinisiasi oleh Kementerian Perdagangan telah berhasil meningkatkan konektivitas logistik di seluruh Indonesia.
Program ini juga memainkan peran besar dalam menurunkan harga barang di luar Pulau Jawa selama satu dekade terakhir, mulai dari 2015 hingga 2024.
Pengaruhnya sangat terasa dengan penurunan harga rata-rata barang kebutuhan pokok, barang penting, serta barang lainnya.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Moga Simatupang, menyatakan bahwa Gerai Maritim yang memanfaatkan tol laut dan jembatan udara berhasil menurunkan harga barang lebih baik dibandingkan jalur komersial.
"Melihat hal tersebut, Gerai Maritim telah menjadi aspek penting dalam memperkuat logistik nasional,” kata Moga dalam keterangan yang diterima, Selasa (8/10/2024).
Ia menambahkan, program ini sangat membantu dalam menghubungkan logistik di wilayah Indonesia bagian timur, tengah, dan barat.
Selain itu, Moga menekankan efektivitas Gerai Maritim dapat dilihat dari penurunan disparitas dan peningkatan stabilitas harga kebutuhan pokok selama sepuluh tahun terakhir.
"Berdasarkan koefisien variasi sebagai indikator pengukuran untuk disparitas harga antarwilayah dan antarwaktu, disparitas harga semakin turun dan harga-harga semakin terjaga stabil. Data ini berdasarkan laporan dinas yang membidangi perdagangan di daerah yang dihimpun dalam Sistem Informasi Gerai Maritim (SIGM),” ujar Moga.
Moga memaparkan bahwa secara umum terdapat penurunan koefisien variasi harga kebutuhan pokok antarwilayah dan waktu selama 2015 hingga 2024.
Meskipun sempat ada peningkatan disparitas pada tahun 2022 dan 2023 akibat dampak commodity supercycle setelah pandemi Covid-19, situasi membaik pada tahun 2024.
Koefisien variasi harga antarwilayah menunjukkan seberapa besar perbedaan harga antarwilayah. Selama satu dekade terakhir, tren menunjukkan bahwa disparitas harga antarwilayah semakin mengecil, terlihat dari penurunan angka koefisien variasi dari 14,02 pada 2015 menjadi 10,15 pada Triwulan II 2024.
Sementara itu, untuk stabilitas harga, angka koefisien variasi antarwaktu turun dari 6,3 pada 2015 menjadi 3,23 pada Triwulan II 2024, menandakan harga yang lebih stabil dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan trayek tol laut dan rute jembatan udara juga mendukung hasil tersebut.
"Pada 2015, tol laut diluncurkan dengan enam trayek, dan pada 2024, sudah berkembang menjadi 39 trayek yang menjangkau wilayah barat, tengah, dan timur Indonesia," imbuh Moga.
Data periode 2022 hingga 2024 menunjukkan bahwa harga barang di kota-kota yang dilalui tol laut cenderung mengalami penurunan.
Kabupaten Kepulauan Tanimbar mencatat penurunan harga tertinggi untuk kebutuhan pokok dengan 23,30%, disusul Kabupaten Halmahera Timur dengan 18,38%, dan Kabupaten Fakfak dengan 17,07%.
Untuk barang penting, penurunan harga tertinggi terjadi di Kabupaten Wakatobi, Rote Ndao, dan Kepulauan Anambas.
Penurunan harga ini juga bervariasi menurut jenis barang. Misalnya, cabai rawit turun 21,43%, bawang merah 18,21%, dan ikan bandeng segar 15,37%.
Sedangkan barang penting seperti pupuk urea turun 18,97%, benih kedelai 15,62%, dan besi baja konstruksi 13,14%.
Untuk barang lainnya, sayuran mengalami penurunan tertinggi sebesar 30,74%, popok bayi dan dewasa 23,05%, dan garam 20,84%.
Contohnya, di Kabupaten Fakfak pada 2024, harga cabai rawit yang diangkut melalui tol laut dijual seharga Rp70.000/kg, sementara yang tidak diangkut melalui tol laut mencapai Rp120.000/kg, selisih harga hingga 41,67%.
"Contoh lain, bawang merah dijual seharga Rp35.000/kg melalui tol laut, sementara tanpa tol laut harganya Rp55.000/kg, ada perbedaan harga hingga 36,36%," tutur Moga.
Dalam hal jembatan udara, jumlah rute juga meningkat dari 13 rute pada 2017 menjadi 45 rute pada 2024. Selama periode 2022-2024, penurunan harga barang yang melalui rute jembatan udara juga signifikan, dengan Kabupaten Pegunungan Bintang mencatat penurunan harga bapok tertinggi sebesar 42,17%, disusul Intan Jaya dengan 41,88%, dan Malinau dengan 38,69%.
Penurunan harga bapok tertinggi tercatat pada beras medium (30,32%), minyak goreng (28,35%), dan gula (28,26%). Untuk barang penting, penurunan tertinggi pada semen (22,73%) dan triplek (13,79%).
Sementara itu, untuk barang lainnya, garam mengalami penurunan hingga 39,60%, obat-obatan 38,92%, dan air mineral 35,38%.
Secara keseluruhan, Gerai Maritim menjadi solusi penting dalam distribusi barang kebutuhan pokok dan barang penting ke daerah terpencil, terluar, dan perbatasan.
Program ini tidak hanya menstabilkan harga, tetapi juga memperbaiki konektivitas logistik melalui pemanfaatan tol laut dan jembatan udara.
Melalui Gerai Maritim, pemerintah berhasil mewujudkan distribusi yang lebih merata dan harga barang yang lebih stabil di seluruh pelosok negeri. Peningkatan jumlah trayek tol laut dan jembatan udara telah berkontribusi signifikan dalam menurunkan disparitas harga antarwilayah. (rpi)
Load more