Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyoroti tren deflasi yang berlangsung selama lima bulan berturut-turut.
Menurutnya, deflasi ini adalah hasil dari upaya pemerintah dalam menekan inflasi, terutama pada sektor pangan.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah mengendalikan harga bahan pokok, seperti beras, melalui impor untuk menjaga pasokan dan mencegah kenaikan harga.
Airlangga menjelaskan, deflasi ini menunjukkan bahwa pemerintah telah berhasil menekan inflasi secara signifikan.
"Jadi, kalau kita bilang inflasinya turun, deflasi, ya ini karena ada extra effort oleh pemerintah menurunkan volatile food. Salah satu misalnya, untuk beras kan pemerintah juga melakukan importasi beras untuk menjaga stok," kata Airlangga di Jakarta, Rabu (2/10/2024).
Pemerintah fokus menurunkan inflasi melalui pengendalian harga pangan, karena harga pangan yang tidak stabil sangat mempengaruhi angka inflasi.
Salah satu cara untuk mengatasi ini adalah dengan rapat inflasi daerah yang diadakan rutin setiap minggu, guna memastikan pengendalian harga berjalan dengan baik.
Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan bahwa pemerintah sangat memperhatikan inflasi inti (core inflation) sebagai indikator pertumbuhan ekonomi. Jika inflasi inti tumbuh, maka ekonomi juga tumbuh.
“Karena inflasi yang utama bagi pemerintah adalah core inflation, kalau core inflation-nya tumbuh, berarti ekonominya tumbuh. Kalau ekonomi tumbuh 5%, core inflation tumbuh, yang diperangi oleh pemerintah adalah volatile food,” jelasnya.
Menurutnya, situasi ekonomi saat ini masih cukup baik, dengan inflasi yang berada di bawah kendali.
Targetnya adalah menjaga inflasi dalam kisaran 2,5% plus minus 1%, yang dianggap sebagai kondisi aman.
"Jadi, itu adalah kerja-kerja pemerintah dan tentunya inflasi ini perlu dijaga dalam range yang 2,5% plus minus 1%. Selama (di angka itu) kita relatif aman," tambah Airlangga.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada September 2024 terjadi deflasi sebesar 0,12% (month-to-month/mtm), yang melanjutkan tren deflasi sejak Mei.
Tren ini dipicu oleh penyesuaian harga pangan, terutama komoditas yang mudah bergejolak. Deflasi pada September ini merupakan yang paling dalam dalam lima tahun terakhir.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa deflasi selama lima bulan terakhir terutama disebabkan oleh penurunan harga pangan.
“Faktor yang memengaruhi deflasi atau penurunan harga adalah sisi penawaran. Andil deflasi utamanya disumbang oleh penurunan harga pangan,” ujarnya.
Pada September 2024, komponen harga pangan bergejolak mengalami deflasi sebesar 1,34%, dengan sumbangan terhadap inflasi umum sebesar 0,21%.
Komoditas yang paling berperan dalam deflasi adalah cabai merah, cabai rawit, telur ayam, daging ayam, tomat, daun bawang, kentang, dan wortel.
Deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut menunjukkan bahwa pemerintah berhasil mengendalikan inflasi melalui kebijakan yang tepat, khususnya pada sektor pangan.
Meskipun deflasi bisa menjadi sinyal baik, pemerintah tetap harus waspada terhadap kemungkinan kenaikan harga pangan di masa mendatang untuk menjaga kestabilan ekonomi. (ant/rpi)
Load more