Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan alasan penurunan penerimaan pajak dari sektor tambang yang terjun bebas.
Hal itu disampaikan oleh Sri Mulyani saat menggambarkan situasi ekonomi nasional dalam Konferensi Pers APBN KiTa baru-baru ini.
Capaian tersebut terkoreksi 9,29% secara tahunan (YoY) atau baru mencapai 31,38% dari target APBN 2024.
Angka merah paling menonjol adalah dari penerimaan pajak dari sektor pertambangan yang mengalami kontraksi sangat dalam dengan minis sebesar 63,8% untuk neto dan minus 48,6% untuk bruto.
Padahal, pada periode sebelumnya penerimaan pajak dari pertambangan tercatat tumbuh positif 62,8%.
"Pertambangan kita lihat kontraksinya dalam sekali, sama seperti waktu lonjakannya tinggi di 2022 dan 2023, sekarang koreksinya juga sangat tajam," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA, dikutip Selasa (28/5/2024).
Sri Mulyani menyampaikan, sektor pertambangan terkontraksi sangat dalam terutama diakibatkan penurunan PPh Tahunan Badan akibat penurunan harga komoditas tahun 2023 dan perubahan status izin usaha Wajib Pajak (WP) Batubara serta peningkatan restitusi.
Lebih lanjut, Sri Mulyani juga memaparkan sektor industri pengolahan juga menurun akibat penurunan PPh Tahunan Badan dan peningkatan restitusi, khususnya di sub sektor Industri Sawit, Industri Logam dan Industri pupuk.
Sri Mulyani mengungkap, industri pengolahan menjadi kontributor terbesar pendapatan negara dari pajak pada Januari hingga April 2024 dengan kontribusi sebesar 26%.
Pertumbuhan neto industri pengolahan terkoreksi 2,2%, sementara di periode yang sama pada tahun lalu bisa tumbuh hingga 8,2%.
Selanjutnya, setoran pajak dari setoran perdagangan tumbuh neto 1,0% di April. Sementara di periode tahun lalu mencapai 9,8%.
Sektor jasa keuangan dan asuransi masih menunjukkan kinerja yang sehat. Pasalnya, sektor ini masih mencatatkan kontribusi 16,3% dari total penerimaan pajak dengan pertumbuhan bruto 15,5% dan neto 15,1%.
Kontribusi sektor konstruksi dan real estate mencapai 5,5% dengan pertumbuhan bruto 16% dan neto 8,8%.
Sedangkan, sektor jasa transportasi dan pergudangan tercatat mengalami pertumbuhan bruto 5,2% dan pertumbuhan neto 1,4%.
Pada sektor jasa perusahaan mencatatkan bruto 12,4% dan neto 11,1%, serta sektor informasi dan komunikasi memberikan sumbangan bruto sebesar 19,2% dam neto 20,2%. (rpi)
Load more