Panas! Momen Airlangga Hartarto Marah Indonesia selalu Dijegal Uni Eropa, sampai Ungkit Sejarah: Mereka Irasional, Ini adalah Aturan Imperialis
- tvOnenews.com
Tak hanya itu, Uni Eropa tidak lama lagi juga akan mengesahkan Undang-Undang Anti-Deforestasi (EUDR).
Dengan dalih lingkungan, EUDR menjadi seperangkat aturan untuk penerapan uji tuntas pada perusahaan atau negara yang memasok komoditas yang terkait dengan deforestasi dan degradasi hutan di pasar Eropa.
Setidaknya, ada 7 komoditas yang diatur dalam UU tersebut, di antaranya adalah minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), kopi, kakao, kedelai, kayu, daging dan karet.
Aturan tersebut tentu saja akan mengancam kelangsungan ekspor produk-produk unggulan Indonesia dan tentu saja akan sangat merugikan perekonomian RI.
Maka dari itu, Airlangga menilai bahwa sikap Eropa terhadap Indonesia sangat tidak rasional.
Bahkan Ketua Umum Partai Golkar tersebut menyebut bahwa upaya-upaya Eropa terhadap Indonesia tak ubahnya seperti cara-cara imperialisme di masa silam.
"Jadi kadang-kadang mereka irasional, Indonesia protes. Saya dengan Deputy Prime Minister ketemu dengan EU Parliament dan pemerintah saya katakan 'ini adalah regulatory imperialism yang mau diterapkan Eropa' dan saya bicara di rumahnya mereka," tegas Airlangga.
"Dan saya masih katakan kemarin di depan Deputi Kanselir Jerman bahwa mereka harus fair terhadap Indonesia. Regulasi itu biasanya mengatur negaranya sendiri, bukan mengatur negara lain," ungkapnya keras.
Lebih tidak masuk akal lagi, produk-produk Indonesia sebenarnya telah mendapatkan akses pasar EFTA.
Setelah berunding selama 8 tahun dan 15 putaran, kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dan negara-negara EFTA (European Free Trade Association) yang beranggotakan Swiss, Norwegia, Islandia dan Liechtenstein akhirnya tuntas dengan ditandatanganinya IE-CEPA pada 2021 lalu.
Perjanjian IE-CEPA mencakup perdagangan barang dan jasa, investasi, dan peningkatan kapasitas.
Melalui perjanjian tersebut, produk-produk Indonesia mendapatkan akses pasar berupa konsesi penghapusan dan pengurangan tarif sehingga akan lebih kompetitif ke pasar EFTA.
Maka, menjadi aneh apabila Uni Eropa saat ini masih terus berupaya menjegal Indonesia dalam perdagangan internasional khususnya di kawasan Eropa.
"Bahkan dengan Eropa, dengan Swiss ada yang namanya EFTA. EFTA ada komponen sawit, dan itu direferendum oleh masyarakat Swiss, dan referendumnya lolos. Jadi tidak masuk akal EU (Uni Eropa) masih mengganggu kita di nikel maupun di kelapa sawit," pungkas Airlangga. (rpi)
Load more