Jakarta, tvOnenew.com - PT Adaro Minerals Indonesia mencatatkan capaian produksi batu bara cukup bagus pada kuartal I-2024.
Presiden Direktur sekaligus CEO PT Adaro Minerals Christian Ariano Rachmat menyampaikan, hasil tersebut menjadi awal yang baik untuk Adaro dalam mengarungi tahun buku 2024.
“Pencapaian kami pada kuartal I menjadi awal yang baik untuk tahun ini. Walaupun harga jual mulai kembali normal menjelang akhir kuartal ini, kami senang dengan penerimaan pasar yang semakin kuat terhadap produk-produk kami," ujar Christian Ariano Rachmat dalam ikhtisar laporan resmi, Rabu (1/5/2024).
"Tidak hanya dari para pelanggan seaborne, melainkan juga dari para pembeli domestik. Selain itu, investasi pada infrastruktur pertambangan untuk mendukung pertumbuhan produksi berjalan sesuai rencana, begitu pula investasi kami pada peleburan aluminium," imbuhnya.
EBITDA operasional pada tiga bulan sejak Januari-Maret tercatat sebesar US$156,07 juta atau Rp2,53 triliun, setara dengan kenaikan 28% yoy berkat kenaikan volume penjualan.
Selain itu, laba inti ADMR juga naik 36% menjadi US$118,13 juta atau Rp1,91 triliun. EBITDA operasional dan laba inti tidak meliputi komponen-komponen non operasional maupun komponen yang tidak berulang, sehingga mencerminkan kinerja bisnis inti.
Selanjutnya, belanja modal Adaro Minerals pada periode ini mencapai US$77,10 juta atau Rp1,25 triliun seiring perkembangan proses konstruksi smelter aluminium PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI) dan progres proyek proyek infrastruktur di PT Maruwai Coal (MC).
Laba kuartal I 2024 naik 15% menjadi US$274.54 juta atau Rp4,46 triliun karena kenaikan 24% pada volume penjualan, yang mengimbangi penurunan ASP atau harga jual rata-rata sebesar 7% dibandingkan kkuartal I 2023.
Produk batu bara metalurgi dari Adaro Minerals Indonesia yang berkualitas tinggi dijual ke basis pelanggan yang beragam di China, Jepang, Korea Selatan, India dan Indonesia sendiri.
Pada triwulan pertama 2024, beban pokok pendapatan anak usaha Adaro Energy tercatat naik 13% menjadi US$117,47 juta atau Rp1,909 triliun, khususnya karena kenaikan volume pengupasan lapisan penutup maupun produksi.
Sementara, royalti Adaro kepada Pemerintah tercatat turun 14% menjadi US$40,98 juta karena penurunan harga. Selanjutnya, biaya penambangan naik 44% menjadi $45,65 juta, biaya pengolahan batu bara naik 40% menjadi $6,4 juta, sementara biaya pengangkutan dan bongkar muat naik 35% menjadi $29,53 juta.
Lebih lanjut, konsumsi bahan bakar pada kuartal I 2024 naik 47% karena peningkatan aktivitas, sementara biaya bahan bakar per liter turun 12% y-o-y. Kemudian, biaya kas batu bara per ton triwulan ini tercatat turun 20% seiring peningkatan operasi dan volume. (rpi)
Load more