Yogyakarta - Aktivitas Gunung Merapi terus dipantau oleh Balai Penyelidikan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta. Dalam pengamatan yang dilakukan sejak 17-23 Juni 2022, teramati guguran lava meluncur sebanyak 70 kali ke arah barat daya dominan ke Sungai Bebeng dengan jarak luncur maksimal 1,8 kilometer (1.800 m).
Kepala BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santoso, pada kubah barat daya tidak teramati adanya perubahan ketinggian kubah. Sementara untuk kubah tengah juga tidak teramati adanya perubahan morfologi yang signifikan.
"Berdasarkan analisis foto volume kubah lava barat daya terhitung sebesar 1.551.000 m3, dan kubah tengah sebesar 2.582.000 m3," katanya.
Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM pada minggu ini menunjukkan laju pemendekan jarak sebesar 0,2 cm/hari.
"Intensitas curah hujan sebesar 23 mm/jam selama 80 menit di Pos Kaliurang pada tanggal 18 Juni 2022. Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi," ujar Budi.
Hingga kini, BPPTKG Yogyakarta menetapkan tingkat aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif. Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat “SIAGA”.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan–barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km. Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.
"Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak," ujarnya.
Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Hal ini guna mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Merapi. (nur/put)
Load more