Bangun Rumah Pakai 3D Printing, Pemerintah Nigeria 'Kepincut' Teknologi Konstruksi dari Yogyakarta
- Andri Prasetiyo
Raja mencontohkan, untuk membangun rumah tipe 36 secara konvensional dibutuhkan waktu antara 1,5 - 2 bulan. Sedangkan jika menggunakan teknologi 3D printing, waktu yang dibutuhkan maksimal hanya selama 3 pekan.
Sementara dari segi biaya, bisa memangkas kebutuhan biaya hingga 30 persen.
"Karena di konstruksi itu time is money, makin lama kita di lapangan maka makin mahal pula biayanya. Kita memotong di situ bisa 10-15 persen, ketika optimal bisa sampai 30 persen," terangnya.
Raja menambahkan, meskipun tidak lagi menggunakan batu bata untuk dindingnya, tapi teknologi ini tidak akan menggantikan peran tukang. Namun kemampuan tukang justru di-upgrade, yang biasanya alat manual tapi sekarang memakai mesin otomatis.
"Kita tetap akan butuh tukang, kita akan tetap butuh pekerja harian, hanya saja kita memberikan tools yang lebih canggih agar mereka safety dan produktivitasnya bisa lebih baik dan meningkat," urainya.
Rumah 3D printing ini menurut Raja juga bisa dibangun di segala kondisi tanah. Bahkan rumah tersebut telah memenuhi standar tahan gempa.
"Rumah yang telah kami bangun di Turi itu sudah mengikuti peraturan standar gempa SNI-nya indonesia. Menggunankan tulangan, menggunakan fondasi batu kali, sehingga kalau dibandingkan dengan rumah konvensional tidak kalah kuatnya dan bahkan bisa jadi lebih kuat," pungkasnya. (apo/ebs).
Caption : Dubes Nigeria untuk Indonesia Usman Ari Ogah (baju putih) saat melihat rumah 3D printing pertama di Indonesia di Turi, Sleman (7/6/2022).
Load more