Peringatan Hardiknas di Yogyakarta Diwarnai Aksi Unjuk Rasa, Mahasiswa Dobrak Pagar Gedung DPRD DIY
- Tim tvOne - Sri Cahyani Putri
Yogyakarta, tvOnenews.com - Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Yogyakarta diwarnai dengan aksi unjuk rasa para mahasiswa di daerah ini.
Dengan mengenakan kostum serba hitam, massa berunjuk rasa di depan Kantor DPRD DI Yogyakarta. Mereka memasang dua spanduk di pagar gedung wakil rakyat yang sebelumnya telah ditutup rapat oleh petugas keamanan.
Adapun, spanduk pertama berlatar hitam dengan gambar burung Garuda bertuliskan Indonesia Gelap. Sementara, spanduk kedua terdapat gambar mantan Presiden RI ke-2 Suharto dengan tulisan 'Jenderal Besar Tersangka Koruptor' dan Presiden RI, Prabowo Subianto bertuliskan 'Pelaku Kejahatan Hak Asasi Manusia (HAM)'. Dalam spanduk tersebut, juga terdapat tulisan 'Hantam Mertua dan Menantu Otoriter'.
Meski saat aksi berlangsung diguyur hujan, namun kondisi tersebut tidak menyurutkan langkah mereka.
Perwakilan Peserta Aksi, Tiyo Ardianto mengatakan, aksi ini digalang secara damai dalam rangka memperingati Hardiknas yang mana pendidikan masih menjadi salah satu masalah terbesar di Indonesia.
Sehingga, orasi-orasi yang disampaikan oleh berbagai elemen untuk menandai bahwa pendidikan bukan menjadi prioritas pembangunan di negara ini.
"Begitu banyak masalah (pendidikan) harus diselesaikan dan masih menjadi PR, tetapi pemerintah tidak memberikan sikap, seolah-olah pendidikan menjadi prioritas," kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua BEM KM UGM ditemui di sela aksi, Jumat (2/5/2025) sore.
Melalui aksi damai ini, massa mencoba ingin masuk ke gedung DPRD DI Yogyakarta. Gedung yang dibangun dengan uang pajak rakyat. Namun, keinginan mereka dihalau oleh protokol DPRD DI Yogyakarta yang menyampaikan bahwa massa tidak boleh masuk ke dalam gedung. Sehingga, massa mencoba mendobrak pagar gedung wakil rakyat tersebut.
Selain pendidikan, demonstran juga menyoroti terkait kebijakan efisiensi yang diterapkan pemerintah yang dampaknya sudah sangat terlihat jelas. Misalnya, anggaran untuk kegiatan organisasi mahasiswa (ormawa) di UNY sudah dipotong sampai 50 persen.
Di lokasi yang sama, Edison selaku peserta aksi lainnya juga menyoroti fenomena militer masuk ke kampus. Sekarang ini, mereka tidak hanya sebagai pengajar, namun juga sebagai mahasiswa yang tidak bisa melepaskan atribut militaristiknya.
Sehingga, hal tersebut dinilai menjadi semacam keresahan bersama terkait apa yang sebelumnya telah menjadi tuntutan yaitu TNI yang secara nyata telah berhasil masuk ke koridor kampus pendidikan.
"Ini tentu juga menjadi tuntutan supaya didengar oleh pemerintah," tegasnya.
Di Yogyakarta, kata Edison, fenomena tersebut ditemui di Universitas Gadjah Mada (UGM) yang mana militer sudah masuk sebagai peserta didik.
"Ini salah satu catatan buruk bagi kami juga dan saya yakin di banyak tempat itu juga terjadi," ucap Edison.
Hingga berita ini ditulis, massa masih mencoba untuk masuk di gedung DPRD DI Yogyakarta. (scp/buz)
Load more