60 Sekolah di Sleman DIY Menjadi Klaster Penularan Covid-19

Sleman, DIY - Sebanyak 60 sekolah di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, menjadi klaster penularan Covid-19. Jumlah klaster di instansi pendidikan ini menjadi yang terbanyak dibanding lembaga lain.

"Kalau kita lihat klaster kita paling banyak di sekolah di Sleman. Klaster sekolah ada 60," ujar Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Cahya Purnama di Pemkab Sleman, Rabu (2/3/2022).

Dijelaskan Cahya, klaster pendidikan mendominasi dibanding instansi lain seperti perkantoran maupun padukuhan atau kampung. Dari data yang ia miliki hanya ditemukan lima klaster perkantoran dan dua klaster padukuhan.

Dari puluhan klaster pendidikan tersebut, lanjut Cahya, mayoritas ditemukan di sekolah yang memiliki asrama atau boarding school. Namun pihaknya belum bisa merinci berapa jumlah sekolah berasrama yang menjadi klaster penularan.

"Kalau untuk yang boarding school berapa saya masih kurang paham tapi memang sudah agak banyak yang muncul dari tempat-tempat yang penginapan (asrama) seperti itu," paparnya.

Terbaru, pihaknya menemukan salah satu pondok pesantren di Kalurahan Sinduadi, Kapanewon Mlati. Sebanyak 29 santriwati positif terpapar Covid-19 dan sudah dievakuasi ke tempat isolasi terpadu (isoter) yang dikelola Pemkab Sleman.

"Kemarin malam kita bawa 18 orang ke Asrama Haji, 11 ke Rusunawa Gemawang," terang Cahya.

Guna mengantisipasi bertambahnya klaster pendidikan, Cahya meminta pengelola sekolah berasrama agar lebih berhati-hati. Salah satunya dengan menyediakan satu ruangan khusus untuk mengkarantina sementara siswa yang baru pulang datang dari luar daerah.

"Boarding School harus punya kamar karantina sendiri bagi mereka yang baru datang dari luar daerah, jangan digabung," ucapnya.

Ruang karantina itu, kata Cahya, juga harus terpisah dari gedung utama asrama siswa. Ruang karantina tersebut bahkan tidak boleh digabung dengan ruangan umum walaupun berbeda lantai.

"Hanya dipisah lantai juga tidak bisa. Prinsip isolasi adalah gedung, kalau ruang tidak bisa," pungkasnya. (Andri Prasetiyo/chm)