Meski demikian, Mbah Carik meminta penerusnya untuk tidak pelit ilmu dan mengajari orang lain agar bisa membuat serta berjualan Jadah Tempe. Tujuannya pun sangat mulia, yakni agar masyarakat bisa mendapatkan rezeki dari berjualan makanan yang terbuat dari beras ketan dan tempe bacem tersebut.
"Jadi pesan simbah itu Jadah Tempe ini tidak bisa dikerjasamakan dengan orang lain, ini harus kalangan keluarga sendiri, tetapi amanah simbah ke ibu saya ning kowe duwe kewajiban kudu ngajari wong-wong men do iso dodol jadah tempe men do iso duwe rezeki seko dodol jadah tempe (tapi kamu punya kewajiban untuk mengajari orang-orang agar bisa berjualan Jadah Tempe supaya mereka bisa mempunyai rezeki dari berjualan Jadah Tempe)," terang Bejo.
Sebelum meninggal, kata Bejo, Mbah Carik sudah memberikan ilmunya kepada 67 pedagang Jadah Tempe yang ada di Kaliurang. Mbah Carik juga sudah membuka warung di 8 lokasi berbeda yang semuanya hanya ada di Yogyakarta.
"Harapan ibu saya nanti tidak hanya 67 tapi nanti bisa lebih banyak lagi orang yang bisa jualan Jadah Tempe tidak hanya di Kaliurang ini," ujarnya.
Mbah Carik sendiri memiliki 9 orang anak, tetapi 5 diantaranya sudah meninggal. Sedangkan cucunya berjumlah 12 orang.
Ia dikebumikan di tempat pemakaman Eyang Sekar, dengan liang lahat berada persis di samping makam suaminya. (Andri Prasetiyo/Buz)
Load more