“Jangan disalahtafsirkan bahwa jamasan atau siraman pusaka tentang kepercayaan terhadap hal-hal berbau klenik, melainkan untuk menghargai yang sudah diwariskan untuk Kabupaten Sleman," ujarnya.
Melalui prosesi jamasan pusaka ini Aji berpesan agar generasi baik tua, muda, dan anak-anak menghargai pusaka sebagai warisan orang-orang terdahulu yang sarat makna.
“Sebaiknya pola pikir kita jangan hanya memandang kondisi sekarang saja, tetapi perlu melihat kondisi yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu, yang bisa diambil untuk kesempurnaan di masa kini," terang Aji.
Prosesi jamasan dimulai dengan pengambilan Pusaka Tombak Kyai Turunsih tepat pada pukul 09.00 WIB. Waktu tersebut dipilih karena memiliki arti nilai yang sempurna dalam kepercayaan orang Jawa.
“Angka 9 menurut orang Jawa memiliki arti kesempurnaan, sehingga diharapkan nantinya nilai-nilai yang ada di Pusaka Tombak Kyai Turunsih bisa menyebar ke masyarakat," harapnya.
Ketua Abdi Dalem Kabupaten Sleman, KMT Dwijo Jayeng Mardowo menyatakan siraman pusaka dilakukan dengan m menggunakan air kembang setaman.
"Hal ini bermakna agar pusaka senantiasa harum dan pengolesan minyak cendana atau kantil untuk menghilangkan karat," pungkasnya. (apo/buz).
Load more