Gunungkidul, tvOnenews.com - Penyebaran penyakit LSD (Lumpy Skin Dease), atau dikalangan peternak dikenal dengan penyakit lato-lato di Gunungkidul makin meluas. Hanya 1 kapanewon dari 18 kapanewon di Gunungkidul, yang belum ditemukan kasus penyakit ini.
Menurut Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Retno Widiastuti, saat ini pihaknya mencatat ada 680 sapi yang terjangkit penyakit dengan ciri-ciri bentol di kulit ini.
"Dari jumlah tersebut 4 ekor sapi mati dan 676 ekor lainnya masih dalam perawatan. Saat ini kami masih berupaya mengendalikan penyakit lato-lato yang menyerang sapi tersebut,” kata Retna, Jumat (5/5/2023).
Penyebaran penyakit LSD ini hampir merata di wilayah Gunungkidul. Dari 18 kapanewon, hanya ada 1 kapanewon yakni Kapanewon Paliyan yang belum ditemukan kasus penyakit lato-lato.
Temuan kasus terbanyak, kata Retno, ada di Kapanewon Ngawen yakni 220 kasus. Di Kapanewon Gedangsari 174 kasus dan Nglipar 81 kasus. Sedangkan di 14 kapanewon lain jumlahnya bervariasi mulai dari 1 hingga 66 kasus.
“Kami terus melakukan pengawasan dan pendataan sebagai upaya menekan penularan yang lebih luas,” ujarnya.
Untuk saat ini, lanjut Retno, ketersediaan obat untuk sapi terjangkit LSD tersedia/aman, meski jumlah kasus masih terus bertambah. Meski begitu, untuk vaksinasi masih menunggu dari Pemerintah Pusat.
“Sampai saat ini kami masih menunggu kiriman vaksin dari pusat. Kalau sudah sampai vaksinasi ke sapi akan langsung lakukan,” imbuhnya.
Terpisah, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, mengatakan, untuk mengurangi risiko penularan, pihaknya menghimbau pada para peternak agar menjaga kebersihan kandang dan sekitarnya.
"Kalau kandang itu bersih, setidaknya penyebab penyakit ini seperti lalat, catak, dan nyamuk tidak mendekat ke area kandang sehingga penularan bisa ditekan," katanya.
“Dan jika mendapati hewan ternak dengan gejala LSD kami minta segera lapor kepada petugas kami agar segera bisa ditangani,” pungkasnya. (ldt/mii)
Load more