Sleman, tvOnenews.com - Para kaum duafa di Yogyakarta menerima tunjangan hari raya (THR) serta paket sembako untuk kebutuhan Idul Fitri 1444 H. Mereka yang mendapatkan bantuan adalah para tukang parkir, pedagang kaki lima (PKL), hingga pekerja kontrak atau outsourcing.
Panti Margono Widodo (57) merupakan salah satunya. Warga Kota Yogyakarta ini sehari-hari bekerja sebagai tukang parkir di sekitar Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
"Sangat senang sekali, merasa terbantu karena sekarang ini kondisi juga sedang sepi, jadi begitu terbantu oleh bantuan amplop sama sembako," katanya usai menerima bantuan di RS PKU Muhammadiyah Gamping, dikutip Minggu (16/4/2023).
Margono sendiri sudah menjadi tukang parkir selama lebih dari 15 tahun. Dalam sehari, ia mendapatkan penghasilan yang tak tentu, sekitar Rp50 ribu.
Adanya bantuan ini diakui Margono sangat meringankannya mencukupi kebutuhan saat Hari Raya Idul Fitri.
"Untuk keluarga, untuk tambah-tambah hidup ekonomi keluarga soalnya istri cuma di rumah. Kebutuhan lebaran," ujarnya.
Ketua LazisMu PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping, Alfis Khoirul Khisoli mengatakan, pihaknya menyiapkan sekitar 1.612 paket untuk disalurkan kepada kaum duafa.
"Ada 691 paket untuk kado (sembako) dan untuk THR-nya ada 921 amplop. Semua itu kalau kado dan THR ada sejumlah 1.612 paket yang kita siapkan untuk kita tasyarufkan," ungkapnya.
Dijelaskan Alfis, bantuan ini berasal dari zakat para dokter dan tenaga medis di lingkungan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping pada tahun ini. Dana yang terkumpul kemudian disalurkan dalam bentuk uang tunai maupun paket sembako.
"Untuk dana yang kita tasyarufkan melalui kantor layanan dan dana ini dari zakat dokter rumah sakit PKU Jogja-Gamping sebanyak Rp 251.200.000 untuk program Ramadan kali ini," terangnya.
Alfis menambahkan, dipilihnya para warga duafa, tukang parkir, PKL, dan pekerja honorer sebagai penerima bantuan karena mereka termasuk golongan kurang mampu. Terlebih, mereka telah bekerja di lingkungan rumah sakit selama bertahun-tahun.
"Ada pun penerima masyarakat sekitar rumah sakit, yang tentu pada garis kurang mampu atau kemiskinan di sekitar rumah sakit. Yang kedua adalah pedagang kaki lima di sekitar rumah sakit. Selanjutnya, (tukang) parkir di sekeliling rumah sakit dan juga outsourcing yang bekerja di rumah sakit," pungkasnya. (Apo/Ard)
Load more