Medan, Sumut - Biang dari kelakuan tak manusiawi oknum pelajar dalam tiap aksi kelompok geng motor terungkap. Dugaan kuat, terjadinya paham kekerasan yang merusak mental anak-anak di usia yang seharusnya menuntut ilmu belajar dibangku sekolah ini adalah marak dan kentalnya kehadiran Sapma (Satuan Pelajar Mahasiswa) dari beraneka Ormas.
Untuk itu, pada pelaksanaan upacara di sekolah pada Senin (28/11/2022) pagi, ribuan pelajar sekolah di 12 sekolah SMA/SMK masing-masing yang ada di wilayah Kecamatan Medan Sunggal, melakukan deklarasi sumpah dan janji haramkan Sapma dari aneka Ormas yang ada dan komplotan geng motor. Sekaligus pelajar berkomitmen meninggalkan dan tidak mau terlibat dalam Sapma.
Kepada pihak sekolah masing-masing dan juga dihadiri aparat Kepolisian, Polsek Sunggal, para pelajar juga mengharamkan keberadaan Sapma ormas di sekolah dan berjanji meninggalkan sekaligus tidak mengikuti Sapma Ormas.
Mereka pun mengakui OSIS merupakan wadah organisasi legal di usia pelajar. Di mana OSIS memiliki kegiatan rutin dan mendidik di usia sekolah. Di antaranya Pramuka dan Paskibraka.
Salah satu kegiatan ini berlangsung di SMK Negeri 9, Medan. Pihak sekolah bersama Polsek Sunggal berkolaborasi mencapai kesepahaman untuk mengantisipasi teulangnya kekerasan pelajar hingga memakan korban. Sehingga kejadian yang merenggut korban nyawa pelajar SMK Negeri 9 Medan merupakan yang terakhir.
Pihak Sekolah dan Kepolisian Bersinergitas Hasilkan Solusi (bold ya bg ris)
Sementara itu, di hari yang sama, usai melakulan kegiatan ini, pihak sekolah SMK Negeri 9 Medan, guru dan kepala sekolah melakukan pertemuan dengan aparat kepolisian.
Dalam pertemuan itu, para guru menyampaikan keluhan dan kendala nyata yang mereka hadapi selama menjalankan tugas di sekolah. Mereka mengharapkan penjelasan dari kepolisian terkait langkah dan tindakan para pendidik tersebut di tengah kekhawatkran akan proses hukum mengatasi anak-anak usia pelajar.
Para guru juga menyampaikan keberadaan Sapma dan komplotan geng motor pada anak-anak pelajar adalah hal yang nyata tersistematis. Sehingga berdampak bagi psikologis anak-anak didik mereka.
Tak hanya itu, para guru juga menyampapaikan anak didik mereka brutal ketika terafiliasi dan terkontaminasi Sapma Ormas dan komplotan geng motor, sehingga mendukung penolakan keras Sapma dan komplotan geng motor diikuti pelajar sekolah.
Sehingga, dalam pertemuan ini tersimpulkan solusi dan tindakan yang sudah harus dilakukan pihak sekolah bersama kepolisian.
Menurut Kepala Sekolah SMK Negeri 9, Kaswardi, saat ini ada 2000 orang pelajar sudah berkomitmen tidak terlibat dan meninggalkan organisasi Sapma atau komplotan geng motor yang ilegal dan dilarang di sekolah. Tentunya organisasi yang legal menurutnya bagi anak didik adalah OSIS.
"Selain itu anak didik atau pelajar ini akan kita awasi terkait dengan penggunaan sepeda motor. Memang ini transportasi dibutuhkan dan membantu pihak orang tua. Namun alangkah baiknya agar dihindari mengingat sepeda motor belum layak bagi anak-anak pelajar,” ujar Kaswardi.
Ia juga turut berduka atas peristiwa yang terjadi pada anak didim sekolahnya.
Pihak sekolah mulai melakukan razia rutin persuasif setiap pagi, guna memantau aktivitas di dalam sekolah, dan memantau kepulangan pelajar dengan berkoordinasi dengan Polsek setempat.
"Kita dan Polsek Sunggal sepakat melakukan razia radius 500 meter. Di jam sekolah bila mana ada anak-anak didik kita tidak masuk sekolah malah nongkrong di luaran berkomplotan untuk ditindaklanjuti,” lanjut Kaswardi.
Kapolsek Sunggal, Kompol Chanra Yudha Pranata yang hadir langsung ke sekolah menjelaskan, bahwa blusukan dan berkumpul dengan pihak sekolah sudah dilakukan sejak empat bulan lalu sebelum kejadian naas yang menimpa salah satu pelajar SMK N 9 itu. Bahkan hasil dari pertemuan itu juga sudah diusulkan dan disarankan ke dinas pendidikan.
Namun, hal ini baru terwujud pascakejadian yang sangat menyedihkan.
Meski demikian, Chandra menegaskan sangat bersyukur kegiatan yang telah ia wacanakan jauh hari akhirnya bisa terlaksana. Di mana tujuannya adalah mengakhiri kekerasan dan adanya korban di balik ulah komplotan Geng motor pelajar tersebut.
"Hari ini terlaksana dan ada solusi kesepakatan bersama kita simpulkan. Guna mengantisipasi adik-adik pelajar generasi penerus bangsa ini tidak lagi menjadi korban atau pelaku kekerasan merenggut korban seperti yang telah terjadi,” kata Chandra.
Kemudia ia melanjutkan bahwa pihaknya mendukung penuh solusi yang telah dicapai bersama pihak sekolah. Di mana ada patroli pengawasan dan penindakan anak-anak didik sekolah yang berkumpul di jam sekolah maupun di jam pulang sekolah.
Bahkan ia menyampaikan akan ada rutinitas petugas polisi menyambangi dan masuk ke dalam sekolah.
"Intiya, adik-adik pelajar sudah sama-sama berdeklarasi meninggalkan dan tidak mengikuti Sapma, komplotan geng motor apapun itu. Dan mereka dua ribu pelajar yang ada di SMK Negeri 9 hanya mengakui legalitas OSIS. Mereka mencetuskan cinta damai,”. Katanya. (Ysa/Nof)
Load more