Cerita Tragis di Desa Penanding Akibat Jembatan Putus, Mulai dari Warga Hanyut Hingga Siswa Bertaruh Nyawa
- Miko
Bengkulu, tvOnenews.com - Putusnya jembatan sepanjang 60 meter yang menghubungkan dua kecamatan yakni Karang Tinggi dan Semidang Lagan menghasilkan banyak kisah tragis dan pilu. Sejak tahun 2022 silam jembatan di Desa Penanding, Kecamatan Karang Tinggi, Kabupaten Bengkulu Tengah putus total akibat terjang banjir bandang.
Kepala Desa Penanding, Tusim menceritakan dua orang ibu-ibu dari desanya dan desa tetangga meninggal dunia saat menyebrangkan hasil panen sawit di jembatan itu.
“Dua orang ibu-ibu meninggal dunia karena hanyut saat menyebrangi sungai membawa buah kelapa sawit. Ini menyedihkan karena jembatan tak kunjung diperbaiki," kata Tusim saat dikonfirmasi melalui telepon, Rabu (23/4/2025).
Selain menelan korban jiwa, putusnya jembatan ini membuat 800 orang petani sawit dan kopi pengguna jembatan menjadi merugi, karena tidak dapat mengeluarkan hasil bumi yang mereka panen.
“Warga harus menyewa rakit untuk menyebrangkan hasil bumi di sungai yang jembatannya rusak. Biaya menyebrangkan hasil bumi Rp 400 per kilo sekali rakit berjalan," sampainya.
Tak hanya itu lanjut Tusim, siswa sekolah yang setiap hari harus menyebrang menggunakan rakit selalu dikhawatirkan dengan kondisi naiknya permukaan air sungai yang kemudian mengancam jiwa para siswa.
“Ada anak-anak pekerja perusahaan perkebunan yang sekolah menyebrangi sungai tiap hari menggunakan rakit, mereka bertaruh nyawa untuk sampai ke sekolah," ujar Tusim.
Tusim mengharap pemerintah dapat memprioritaskan perbaikan jembatan karena arus sungai saat pasang sangat deras. Terbukti dua warga meninggal akibat hanyut terbawa arus sungai.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Bengkulu Tengah, Febrian Fatahillah mengatakan jembatan penanding membutuhkan anggaran sebesar Rp 16,7 miliar dengan panjang 60 meter lebar jembatan tujuh meter, awalnya usulan disetujui oleh pemerintah pusat namun efisiensi berimbas pada tertundanya pembangunan jembatan tersebut.
“Kami telah mengajukan ke kementerian PUPR melalui dana Inpres koordinasi dengan Balai Pelaksana Balai Jalan (BPJN) awalnya pembangunan disetujui namun tertunda karena efisiensi. Kami masih berusaha bersama bupati," terang Febrian.
Rachmat Riyanto menegaskan Pemda Bengkulu Tengah telah. mengusulkan perbaikan empat jembatan melalui program Inpres namun tertunda karena efisiensi pemerintah pusat.
Load more