"Untuk itu kita melakukan penanganan SAR untuk tanggap bencana yang tidak kita inginkan terjadi apabila gempa bumi terjadi dan kita sudah melakukan simulasi khususnya di gedung yang bertingkat," jelas Ruvinus kepada awak media.
Selain itu, lanjut Ruvinus, anak-anak yang sekolah di SMA Negeri 1 Matauli Pandan banyak juga yang menuntut ilmu dari luar daerah, sehingga orang tua mereka merasa panik sehingga perlu mengambil langkah melakukan simulasi.
“Yang kita lakukan saat ini, kita simulasikan seolah-olah semua siswa berada di gedung bertingkat, jika nanti serene berbunyi berarti tandanya bunyi emergency yang nantinya semua siswa berlari ke lokasi yang sudah ditentukan dan sudah disiapkan regu penolong," katanya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Matauli Pandan, Deden Rachmawan mengatakan, siswa yang bersekolah ditempatnya banyak yang dari luar kota. Artinya jauh dari orang tua.
Kemudian karena BMKG ada mengeluarkan semacam peringatan dan tentunya banyak orang tua siswa yang merasa resah.
"Kita boleh merasa resah dan merasa kuatir, tetapi kita harus waspada. Selanjutnya kita komunikasi dengan Koordinator Pos SAR Sibolga dan ditanggapi, selanjutnya kita buat simulasi agar siswa tahu menghadapi bila terjadi gempa," pungkasnya.
Sebagaimana mengutip imbauan yang disampaikan BMKG menyampaikan bahwa Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), dan beberapa daerah lainnya di wilayah Tapanuli, berpotensi terdampak bencana gempa bumi berkekuatan besar atau Megatrusht hingga 8,7M, jika memang perkiraan BMKG tersebut terjadi.
Load more