Perahu Naga, Tradisi, Pariwisata dan Merawat Keberagaman di Kepulauan Riau
- Tim tvOne/Kurnia
Tradisi sembahyang keselamatan laut dan lomba perahu naga disebut Ansar merupakan bentuk tanggung jawab dalam menjaga kelangsungan laut serta ekosistem yang ada di dalamnya. "Sebagai provinsi yang memiliki banyak wilayah pesisir, kita memiliki tanggung jawab besar untuk itu," tambahnya.
Sembahyang keselamatan laut di Kelenteng Pelantar 3 Tanjungpinang. (ksh/wna)
Lomba perahu naga ini diharapkan Gubernur Ansar menjadi warisan yang dapat menjembatani antar generasi, juga menjadi ikon penting pariwisata Kepulauan Riau. "Yang tak kalah penting, event ini menjadi simbol kebersamaan dan moderasi agama serta budaya," tambah Ansar.
Ia memastikan pemerintah akan terus mendukung agar event yang menjadi bagian dari kebudayaan di Provinsi Kepri ini dapat terus berkembang. Kegiatan ini diyakini Gubernur Kepri akan memberikan dampak positif bagi perkembangan dunia pariwisata, menjadi daya tarik wisatawan, juga berpengaruh terhadap peningkatan ekonomi masyarakat.
"Ada banyak sektor ekonomi yang bersinggungan langsung dengan kegiatan ini," tutup Gubernur.
Kepala bidang pengembangan dan pemasaran Dinas Pariwisata Kepri, Afitri Susanti berharap, lomba perahu naga di Pelantar 3 bisa menjadi event berskala nasional dan internasional yang dapat meningkatkan kunjungan wisata di Kepri.
"Kegiatan ini memang khas banget, khas Indonesia, khas Asia Timur yang dapat kita lestarikan di Kepulauan Riau sebagai daya tarik wisata," ujar Fitri.
Turun Terumurun Selama 133 Tahun
Fery Lee, tokoh masyarakat etnis Tionghoa di Tanjungpinang menjelaskan, lomba perahu naga dan sembahyang keselamatan laut di Pelantar 3 merupakan tradisi yang telah dilaksanakan secara turun temurun selama 133 tahun, persisnya sejak 1891.
Perlombaan perahu naga atau disebut Peh Cun, merupakan tradisi masyarakat Tionghoa yang digelar untuk menghormati wafatnya seorang bangsawan bernama Qu Yuan.
Di Tanjungpinang, tradisi ini diselenggarakan berbarengan dengan peringatan hari jadi salah satu kelenteng di Pelantar 3 sekaligus sembahyang keselamatan laut.
Tradisi dimulai dengan sembahyang di kelenteng, lalu bersama-sama membuang kue Chang ke laut sebagai simbol penghormatan. Kue Chang dimaksud adalah kue terbuat dari ketan atau disebut pulut oleh masyarakat setempat yang diisi dengan daging atau udang. (ksh/wna)
Load more