Palembang, tvonenews.com - Dalam beberapa bulan terakhir, Kampung Sambirejo, yang terletak di Kelurahan Mariana, Kecamatan Banyu Asin 1, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, telah dihantui oleh kemarau yang tak kunjung usai. Dampak dari kondisi ini sangat signifikan bagi para petani dan pekebun lokal.
Topa, seorang petani berpengalaman di kampung ini, mengungkapkan bahwa tanaman yang telah ditanam sejak bulan Agustus telah terkena dampak yang serius. Sebagian besar tanaman mengalami penurunan hasil bahkan beberapa di antaranya sudah tidak dapat dipanen lagi.
"Saat kemarau seperti ini, kita tidak memiliki banyak pilihan selain mengandalkan sumur bor yang airnya semakin menipis dan berdoa agar hujan segera turun," ujar Topa.
Tanaman di kampung ini, termasuk stroberi, cabe, timun, bayam, dan banyak lainnya, umumnya tidak menggunakan sistem penampungan air, bergantung pada hujan sebagai sumber air mereka.
Topa menjelaskan, "Kami bergantung pada hujan karena tanaman kami memerlukan air yang cukup. Saat kemarau seperti ini, banyak tanaman yang mengalami kekeringan dan buahnya tidak dapat tumbuh dengan baik. Jika ada bendungan air, itu akan sangat membantu tanaman kami. Tapi saat ini, kami harus menunggu hujan turun terlebih dahulu."
Topa telah bercocok tanam selama tiga tahun, dan ia mencatat bahwa panen mereka biasanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta untuk dijual. Namun, kemarau yang melanda selama tiga bulan terakhir ini telah mengurangi hasil panen secara drastis.
Topa berkomentar, "Biasanya, kami bisa menyiram tanaman tiga kali sehari, seperti cabe timur atau stroberi. Namun, saat ini, hanya tanaman buah naga yang bisa bertahan dengan sekali penyiraman sehari. Tanaman buah naga terbukti lebih kuat dan mampu menampung air dengan baik."
(srl/fna)
Load more