Lahat, tvOnenews.com - Memasuki musim kemarau, kualitas udara di Kecamatan Merapi Area, Kabupaten Lahat Sumatera Selatan mulai mengkhawatirkan. Meski hasil penilaian indeks kualitas udara tahun 2023 belum keluar, namun, dari pengamatan mata telanjang, kondisi kualitas udara di wilayah lumbung batubara Kabupaten Lahat ini makin tebal karena aktivitas pertambangan.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lahat mencatat, tahun 2022 lalu, kualitas udara di Merapi Area, meliputi Kecamatan Merapi Timur dan Barat diangka 86,80. Angka itu diklaim masih dalam kategori baik. Meski diakui DLH kondisi debu yang kian tebal, namun, sejak awal kualitas udara telah dipantau petugas DLH. Hanya saja, hasilnya masih menunggu laboratorium.
Dalam melakukan pemantauan kualitas udara, DLH Lahat menggunakan passive sampler udara ambien. Metode pengambilan data selama 14 hari, dengan alat penangkap debu setinggi dua meter.
Pemasangan alat tersebut berada di empat titik, meliputi di kantor Camat Merapi Timur, Desa Tanjung Jambu, Kecamatan Merapi Timur, pos galian C Muara Lawai, Kecamatan Merapi Timur dan PLTU Banjarsari.
"Untuk wilayah yang terdampak jelas Merapi Area. Karena wilayah ini merupakan wilayah pertambangan. Apalagi curah hujan sangat minim dalam beberapa pekan terakhir," kata Pejabat Fungsional Pedal DLH Lahat, Khairul Hakim, Selasa (29/8/2023).
Meningkatnya debu batubara ini sangat dirasakan warga di Merapi Area. Tingginya volume kendaraan batubara, minimnya curah hujan, makin membuat polusi udara menjadi parah. “Siang sampai malam hari sangat terasa debu berterbangan dimana-mana. Mobil angkutan batubara memperparahnya,” ujar Wijaya, warga yang beraktivitas di wilayah Merapi Timur. (ayh/wna)
Load more